
PENGAKUAN POLITISI, BOBROKNYA ULAH ANGGOTA PARLEMEN
Setelah membaca buku ini, bisa saja Anda menduga inilah gambaran tentang carut-marutnya parlemen dan Pemerintahan Indonesia. Karena itu pula, diharapkan setelah membaca buku ini Anda dapat berkaca dan akan memiliki tanggung jawab moral lebih besar lagi, sehingga saat memilih anggota parlemen yang akan menduduki gedung rakyat tersebut tidak asal pilih
(Investor Daily, Agustus 2008)
(Investor Daily, Agustus 2008)
Dalam buku yang diklaim penerbitnya sebagai kisah nyata, nama anggota parlemen yang menuturkan kisah ini dikaburkan dengan nama lain (anonymous) dan negaranya pun menjadi Negara Indosiasat. Sehingga, parlemen pun menjadi Parlemen Rakyat Negeri Indosiasat
Buku yang digarap dalam bentuk tulisan naratif ini, banyak dipenuhi gaya bahasa yang agak santun dan sedikit humor dalam mengungkap pengalaman menarik anggota parlemen di batik tembok gedung yang bernama parlemen rakyat.
Karena mayoritas anggota parlemen di Republik Indosiasat pria, maka pintu pertama yang dibuka dari cerita parlemen ini berkaitan dengan Wanita, yang lebih tegasnya syahwat. Mulai dari kisah perekrutan sekretaris anggota parlemen, kondom bekas di tempat sampah, hingga artis yang digandeng anggota parlemen yang kebetulan juga kiai. Bahasan syahwat ternyata banyak menghiasi kalangan anggota parlemen. Mulai dari yang di kantor, ruang karaoke di dalam negeri, maupun di luar negeri. Pemaparan dalam buku ini, jika benar adanya, kian mentasbihkan, bahwa politikus, wanita, uang, dan selebritas menjadi kesatuan yang menghiasi Negeri Indosiasat.
Pada ulasan lain, juga terungkap bagaimana enaknya menjadi anggota parlemen dengan menikmati gaji negara, fasilitas layanan dari pemerintah dan para pengusaha yang butuh dukungan politik, serta penghormatan kedudukan. Apalagi, saat masa reses memperoleh dana, gaji ke-13, dan fasilitas perumahan pun bisa diperoleh dengan mudah.
Wajar saja, jika posisi anggota parlemen menjadi idaman dan rebutan bagi mereka yang ingin menikmati jalan pintas. Ruh suci anggota parlemen sebagai pembela atau suara rakyat, sangat kentara kering sekali. "Hari gini masih mikirin rakyat?'
Sikap sebagian anggota parlemen semacam ini, dapat dikatakan sebagai refleksi dari kondisi partai-partai yang ada di Republik Indosiasat. Dalam cerita buku ini, ada partai yang menerapkan kebijakan menjual tempat nomor urut calon anggota DPR hingga harga satu miliar rupiah. Ada juga berdasarkan kolegial dan nepotisme, berdasarkan suara terbanyak, dan berbagai ketentuan lainnya. Yang jelas dari semua itu, ujung-ujungnya juga butuh dana besar untuk menjadi seorang anggota parlemen.
Cerita menarik lain juga terkuak dalam buku ini, termasuk para anggota parlemen mengomentari sang presidennya yang percaya dengan pemikiran instan. Program energi biru laut yang diklaim presidennya dapat mengubah air menjadi minyak, ten tang demo 1 Juni yang membenturkan dua kelompok, yang bertujuan untuk mengalihkan demo-demo protes kenaikan BBM, hingga salah seorang ulah anggota parlemen yang takut istri menjadi pembicaraan sehari-hari para anggota dewan yang terhormat, selain membicarakan proyek-proyek yang dapat mendatangkan fulus.
Masih lagi cerita-cerita yang sebenarnya sudah beredar dan berkembang di masyarakat. Sebenarnya buku ini lebih pada menjelaskan kepada pembacanya apa yang telah beredar di masyarakat dan bagaimana proses keputusan dikeluarkan oleh parlemen. Semisal bagaimana proses hak interplasi dalam kasus dana Tunai Bank Indosiasat, yang dalam kondisi nyata di negeri ini BLBI. Kisah ini akhirnya melahirkan kasus yang menguak hingga menampar beberapa petinggi negara, petinggi partai dan juga anggota parlemen. Buku yang hanya ditulis dalam waktu 30 hari oleh sang anggota parlemen, merupakan sebagian kecil saja dari cerita para lakon anggota parlemen yarig terhormat. Dan penulisan cerita dalam buku ini sangat menarik dan bahasariya" cukup singkat dalam setiap judul, serta tanpa ada batasan dan ketergantungan terhadap judul lain.
Setelah membaca buku ini, bisa saja Anda menduga inilah gambaran tentang carut-marutnya parlemen dan Pemerintahan Indonesia. Karena itu pula, diharapkan setelah membaca buku ini Anda dapat berkaca dan akan memiliki tanggung jawab moral lebih besar lagi, sehingga saat memilih anggota parlemen yang akan menduduki gedung rakyat tersebut tidak asal pilih. (muhammad ali)
Buku yang digarap dalam bentuk tulisan naratif ini, banyak dipenuhi gaya bahasa yang agak santun dan sedikit humor dalam mengungkap pengalaman menarik anggota parlemen di batik tembok gedung yang bernama parlemen rakyat.
Karena mayoritas anggota parlemen di Republik Indosiasat pria, maka pintu pertama yang dibuka dari cerita parlemen ini berkaitan dengan Wanita, yang lebih tegasnya syahwat. Mulai dari kisah perekrutan sekretaris anggota parlemen, kondom bekas di tempat sampah, hingga artis yang digandeng anggota parlemen yang kebetulan juga kiai. Bahasan syahwat ternyata banyak menghiasi kalangan anggota parlemen. Mulai dari yang di kantor, ruang karaoke di dalam negeri, maupun di luar negeri. Pemaparan dalam buku ini, jika benar adanya, kian mentasbihkan, bahwa politikus, wanita, uang, dan selebritas menjadi kesatuan yang menghiasi Negeri Indosiasat.
Pada ulasan lain, juga terungkap bagaimana enaknya menjadi anggota parlemen dengan menikmati gaji negara, fasilitas layanan dari pemerintah dan para pengusaha yang butuh dukungan politik, serta penghormatan kedudukan. Apalagi, saat masa reses memperoleh dana, gaji ke-13, dan fasilitas perumahan pun bisa diperoleh dengan mudah.
Wajar saja, jika posisi anggota parlemen menjadi idaman dan rebutan bagi mereka yang ingin menikmati jalan pintas. Ruh suci anggota parlemen sebagai pembela atau suara rakyat, sangat kentara kering sekali. "Hari gini masih mikirin rakyat?'
Sikap sebagian anggota parlemen semacam ini, dapat dikatakan sebagai refleksi dari kondisi partai-partai yang ada di Republik Indosiasat. Dalam cerita buku ini, ada partai yang menerapkan kebijakan menjual tempat nomor urut calon anggota DPR hingga harga satu miliar rupiah. Ada juga berdasarkan kolegial dan nepotisme, berdasarkan suara terbanyak, dan berbagai ketentuan lainnya. Yang jelas dari semua itu, ujung-ujungnya juga butuh dana besar untuk menjadi seorang anggota parlemen.
Cerita menarik lain juga terkuak dalam buku ini, termasuk para anggota parlemen mengomentari sang presidennya yang percaya dengan pemikiran instan. Program energi biru laut yang diklaim presidennya dapat mengubah air menjadi minyak, ten tang demo 1 Juni yang membenturkan dua kelompok, yang bertujuan untuk mengalihkan demo-demo protes kenaikan BBM, hingga salah seorang ulah anggota parlemen yang takut istri menjadi pembicaraan sehari-hari para anggota dewan yang terhormat, selain membicarakan proyek-proyek yang dapat mendatangkan fulus.
Masih lagi cerita-cerita yang sebenarnya sudah beredar dan berkembang di masyarakat. Sebenarnya buku ini lebih pada menjelaskan kepada pembacanya apa yang telah beredar di masyarakat dan bagaimana proses keputusan dikeluarkan oleh parlemen. Semisal bagaimana proses hak interplasi dalam kasus dana Tunai Bank Indosiasat, yang dalam kondisi nyata di negeri ini BLBI. Kisah ini akhirnya melahirkan kasus yang menguak hingga menampar beberapa petinggi negara, petinggi partai dan juga anggota parlemen. Buku yang hanya ditulis dalam waktu 30 hari oleh sang anggota parlemen, merupakan sebagian kecil saja dari cerita para lakon anggota parlemen yarig terhormat. Dan penulisan cerita dalam buku ini sangat menarik dan bahasariya" cukup singkat dalam setiap judul, serta tanpa ada batasan dan ketergantungan terhadap judul lain.
Setelah membaca buku ini, bisa saja Anda menduga inilah gambaran tentang carut-marutnya parlemen dan Pemerintahan Indonesia. Karena itu pula, diharapkan setelah membaca buku ini Anda dapat berkaca dan akan memiliki tanggung jawab moral lebih besar lagi, sehingga saat memilih anggota parlemen yang akan menduduki gedung rakyat tersebut tidak asal pilih. (muhammad ali)
No comments:
Post a Comment