Thursday, October 04, 2007

Membedah Lintah Darat

Judul buku : Pengakuan Bandit EkonomiPenulis : John Perkins
Penerbit : Ufuk Press
Tebal : 465 halaman
"Perkins membawa kisahnya jauh lebih hidup sehingga mengusap imajinasi pembaca. Mengajak membayangkan kondisi Jakarta di awal 1970-an. "
(Bisnis Indonesia, Minggu, 30 September 2007)
Sebuah suara dari perwakilan Ufuk Press di ujung telepon membuat saya tertarik untuk segera membaca buku terjemahan John Perkins terbaru, The Secret History of The American Empire: Economic Hit Men, Jackals and The Truth About Global Corruption.
Memang harus diakui magnet Perkins terlalu kuat bagi saya setelah melahap dua buku terdahulunya, Confessions of an Economic Hit Men dan satu buku kolaborasinya dengan A Game As Old As Empire: The Secret of Economic Hit Men and the Web of Global Corruption.
Sayang baru membuka halaman informasi buku saya sudah menemukan kesalahan pengetikan judul asli buku ini. Jackals ditulis Jakals sementara Global ditulis Golbal.
Sempat terbersit bagaimana jika dalam buku yang dialihbahasakan Wawan Eko Yulianto dan Meda Satrio ini bertebaran kekeliruan serupa. Boleh dibilang buku ini pertaruhan bagi pasangan penyunting Mehdy Zidane dan Bahfein Linovar.

Beruntung skeptisme itu tak terbukti. Justru saya kemudian betul-betul tenggelam oleh sihir Perkins sejak paragraf awal bab pertama. Proses alihbahasanya harus diakui sanggup mengiringi kelincahan tutur bahasa asli penulis yang dibawakan sangat naratif.

Kehidupan metropolitan
Menarik karena bab awal buku ini langsung menapak Jakarta, metropol sesak yang sejak dahulu memang padat sesak dan salah urus karena berbagai sebab politik dan ekonomi.
Tanpa banyak basa-basi Perkins membawa pembaca menyelami kehidupan abu-abu ibu kota.
Yang membuat buku ini menyenangkan, Perkins membawa kisahnya jauh lebih hidup sehingga mengusap imajinasi pembaca. Mengajak membayangkan kondisi Jakarta di awal 1970-an.
Sayang pengelanaan Perkins mendadak harus terhenti dalam perjalanan ke Sulawesi dan langsung melompat pada kekejaman korporasi sepatu Nike pada buruhnya. Perkins masih menelanjangi Indonesia hingga bab 9.
Setelah itu kisah Perkins lebih banyak pada pengelanaan, perenungan akan sintesis dan antitesis teori dan pengalaman yang dia ketahui dan keadaan di tempat-tempat yang di kunjungi. Mulai dari dataran tinggi Nepal hingga tandusnya gurun Afrika. Alur cerita masa kini dan masa lalu saling berhimpitan dan berkejaran.
Meski demikian Perkins mampu menjaga ritme tuturnya dengan baik hingga akhir kisah buku ini.
Meski demikian buku kedua ini memiliki kelemahan dan kelebihan. Bagi yang telah membaca buku pertama tentu akan terasa akrab dengan kisah yang dituturkan Perkins sementara bagi yang belum pernah membaca bisa agak kesulitan mengikuti.
Tapi terdapat benang merah dari seluruh buku Perkins yakni korporasi asing dan negara maju sebagai segerombolan lintah darat yang disembah negara berkembang.
(algooth.putranto@bisnis.co.id)
Algooth Putranto
Bisnis Indonesia

No comments:

Twitter Facebook

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes