
Pergulatan Intens Seorang Akmal Nasery
Pendek-pendek, jernih tuturan kisah, namun memuat tanya misterius setiap kali membacanya." Demikian diungkapkan rohaniwan FX Muji Sutrisno tentang kumpulan cerpen karya wartawan Tempo Akmal Nasery Basral di sampul belakang buku setebal 268 halaman itu.
Kumpulan cerpen berjudul Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku ini memang mampu menyedot perhatian untuk membaca hingga tuntas. Penyair Joko Pinurbo dalam diskusi bedah buku karya Akmal pada Sabtu (13/1) bahkan mengaku membaca beberapa cerita di buku ini hingga tiga kali. Menurut Joko, Akmal mampu membuat jarak dengan peristiwa sehingga melahirkan karya sastra yang sederhana tetapi menyajikan sesuatu yang kompleks.
Hasil karya sastra seorang wartawan, menurut Joko, sering kali terjebak untuk memasukkan berbagai peristiwa ke dalam cerita karena pergulatan yang intens antara sang wartawan dan berbagai peristiwa setiap harinya. "Jika tidak bisa menjaga jarak maka akan banyak peristiwa berseliweran dalam cerita sehingga nilai yang ingin disampaikan malah terabaikan," ujar Joko.
Salah satu cerpen berjudul Boyon, misalnya, mampu merefleksikan persoalan adat dan agama dengan kesederhanaan. Cerpen ini berkisah tentang seorang bapak yang memberi nama anaknya karena terinspirasi film James Bond. Sang anak kerap kali harus menderita karena menyandang nama Jems Boyon (James Bond). Hingga akhirnya nama yang awalnya menjadi beban itu kemudian berubah menjadi keberuntungan.
Pembaca bisa menikmati kejenakaan seperti menertawai kebodohan diri sendiri. Keseluruhan cerita mengalir dengan kejenakaan. Tentang bagaimana Boyon melepaskan 15 katak dan 23 belut ke dalam surau karena seorang guru mengaji menganggap nama James adalah nama orang kafir. "Saya menikmati kejenakaannya karena menggunakan sudut
pandang yang menarik," ujar Joko.
Sayang, menurut Joko, ada sebagian ending dari 13 cerpen ini yang kurang dipersiapkan. Ending untuk cerpen Sebuah Hiu di Cangkir Kopi, misalnya, terlalu melompat dari isi cerita. Selain itu, Joko menilai penggalian makna dalam kumpulan cerpen ini masih kurang maksimal. Sebagai karya perdana, kumpulan cerpen karya Akmal ini mampu mengolah fakta menjadi dunia rekaan. Akmal mengaku pengalamannya sebagai wartawan memberi keuntungan tersendiri dalam penulisan karya sastra.
Dengan menjadi wartawan, Akmal mengaku bisa memperkaya diri dengan banyak peristiwa. Cerpen Dilarang Bercanda dengan Kenangan, misalnya, diambil dari pengalaman ketika meliput peristiwa kematian Lady Diana dan kunjungan ke Aceh bersama pemilik The Body Shop. Cerpen berjudul Lebaran Penghabisan juga diambil dari peristiwa Lapindo. Meski diambil dari serangkaian fakta, tetapi Akmal tetap menggunakan daya imajinasinya. Ia menuliskan tentang seorang anak yang tak bisa lagi berziarah ke kuburan orangtuanya karena telah tertutup lumpur. Akmal juga mengaku diuntungkan dengan kebiasaan menulis dengan batasan waktu atau deadline. Kebiasaan ini membuatnya selalu dapat menyelesaikan karya sastra tepat waktu. Selain itu, tulisannya bisa mengalir karena kebiasaan mengefektifkan kata ketika membuat berita. "Saya merasa lebih efisien dengan tulisan yang pendek,"ucapnya. Sebelumnya, Akmal juga pernah menulis novel berjudul Imperia.
Selanjutnya, ia sedang dalam tahap penulisan novel Nagabonar Jadi Dua yang rencananya akan diluncurkan pada awal Maret mendatang. Novel ini akan disusul dengan film layar lebar dengan judul yang sama yang akan diputar di bioskop pada 29 Maret. "Baru pertama kali di Indonesia novel terbit hampir bersamaan dengan filmnya. Tidak semua isinya sama 100 persen dengan filmnya," paparnya.
(Dikutip dari Kompas Yogyakarta, 22 Januari 2007, Arie Saptaji-AB9)
No comments:
Post a Comment