
NUSANTARA : ASAL PERADABAN DUNIA ?
Buku Eden In The East;Benua Yang Tenggelam Di Asia Tenggara (terjemahan, 2010) karya Stephen Oppenheimer kontroversial. Dokter ahli genetika dari Inggris iniberpendapat bahwa kawasan Asia Tenggara—tepatnya paparan sunda—dulu merupakan asal-usul peradaban tertua dunia. Puluhan ribu tahun, saat es kutub mencair menggenangi paparan sunda memisahkan Sumatera, Jawa dan Kalimantan, kawan ini sudah dihuni masyarakat. Masyarakat ini yang lari membawa cerita banjir bandang ke seluruh dunia, yang kemudian variannya menjadi mitologi banjir Nabi Nuh dan cerita Gilgamesh Sumeria.Tempo mewawancarai Oppenheimer dan juga memaparkan para petualang yang berusaha mencari sisa-sisa kota di dasar laut Jawa untuk mencoba membuktikan cerita itu.Iqra kali inipun mengangkat penelitian Professor Sangkot Marzuki dari Lembaga Eijkman dan rekan-rekan ilmuwan genetika se-Asia yang berusaha memetakan persebaran genetika manusia Asia. Menarik, teori Professor Sangkot mengenai Out of Sundaland bias menyokong tesisOppenheimer
Atap bangunan itu sangat khas. Disebut tongkongan, rumah adat Torajamenjadi salah satu arsitektur tradisional paling gampang dikenal di Indonesia. Materialnya uru, kayu local yang seawet jati. Arahnya selalu utara. Atapnya melengkung
Meski orang Toraja tinggal di pegunungan, atap lengkung indah itu ternyata terkait dengan cerita lautan atau perairan. Bentuk rumah dengan ataplengkung itu menggambarkan perahu “model atap itu menggambarkan perahu yang digunakanPuang Baralangi pada saat berlayar ke Toraja, ribuan tahun silam,” kata C.F. Palimbong, Ketua Aliansi Masyarakat Toraja-Toraja Utara, kepada Tempo beberapa waktu lalu. Dalam mitologi Toraja,Puang Baralangi adalah manusia pertama yang diciptakan Tuhan
Buralangi ini diciptakan Tuhan di bagian utara langit dan kemudian diturunkan di daerah yang disebut Pongko sebelum pergi ke Toraja dan beranak-pinak di sana. Letak Pongko itu di daerah Utara. Itu sebabnya, tongkonan selalu menghadap utara. Tidak ada kepastian dimana pongko itu berada. “Pongko yang saya pahami adalah Tiongkok atau Cina,”kata Palimbong. Kisah penciptaan Bura;angi juga bercerita tentang banjir besar yang merendam daerahnya. “Karena kondisi ini pulalah Puang Baralangi menggunakan Perahu ke Toraja.” Ujarnya. Perahu itu kemudian diabadikan dalam bentuk atap rumah.
Versi lain mitologi banjir di Toraja, dengan sedikit perbedaan detail, diungkap oleh Stephen Oppenheimer beberapa pecan silam dalam sebuah diskusi di gedung LIPI, Jakarta. Saat itu ia menjelaskan teorinya yang ia tulisa dalam buku setebal 800 halaman, Eden In The East;Benua Yang Tenggelam di Asia Tenggara (edisi Inggris terbit pada 1998, bahasa Indonesia bulan lalu). Inilah buku yang menarik untuk dibicarakan. Sensasional tapi argumentasinya memikat karena bersangkut-paut dengan masa lalu sejarah kita yang misterius. “Karakterkhas mitologi di kawasan Indonesia dan Asia Tenggara adalah banyaknya cerita banjir,”kata ilmuwan genetika dari Universitas Oxford, London, Inggris
Kisah banjir ini yang menjadi satu dasar teori Oppenheimer bahwa banyak peradaban tertua di dunia berasal dari kawasan Indonesia, terutama dari wilayah paparan sunda, yang sekarang sudah tenggelam menjadi laut jawa dan laut cina selatan. Dasar lain yang digunakan Oppenheimer adalah pemetaan genetika
Paparan sunda alias sundaland itu wilayah dataran luas yang berada di wilayah Indonesia dan sekitarnya sekarang. Sebelum dipisahkan oleh laut karena Zaman Es berakhir sekitar 6000 tahun sebelum Masehi, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan dengan wilayah selatan Cina
Oppenheimer percaya, saat paparan sunda itu belum tenggelam, penduduknya sudah memiliki kemampuan teknologi bertani, mencari ikan, atau membuat tembikar.kemampuan pertanian ini boleh dibilang paling tua di dunia. “Belum ada masyarakat lain (di dunia saat itu) yang bias melakukannya,”kata Oppenheimer
Begitu paparan sunda direndam air secara mendadak, penduduknya menyingkir. Mereka membawa serta teknologi pertanian dan sebangsanya ke seluruh dunia. Ke Barat, pengaruh para imigran dari wilayah Indonesia da sekitarnya ini sampai Eropa. Sedangkan ke Timur sampai ke Benua Amerika dengan melalui Selat Bering, yang ribuan tahun lalu masih bias dilewati dengan berjalan kaki, tidak perlu menggunakan perahu.
Menurut Oppenheimer, peradaban tua Sumeria, 5000 tahun SM, juga dipengaruhi oleh peradaban orang-orang berpenutur Austronesia dari Asia Tenggara. Selama ini para ahli sejarah menyatakan di Sumeria system hokum sudah dikembangkan, teknik militer sudah cukup maju karena terus terjadi perang antar kota. Roda,salah satu temuan teknologi paling berpengaruh di dunia, juga sudah diciptakan. Dan terutama huruf telah digunakan, yaitu dalam bentuk paku.
Namun Oppenheimer melihat beberapa temuan dari wilayah Sumeria menunjukkan kesamaan dengan kebiasaan atau teknologi Austronesia. Gerabah yang ditemukan di Ur, salah satu kota tua Sumeria, menunjukkan beberapa kesamaan dengan gerabah di kelompok penutur Austronesia di Asia Tenggara seperti cat merah. Begitu pula, ada temuan patung-patung dengan rajah alias tato itu khas Austronesia. Di sepik tengah, Papua Nugini, beberapa suku local sampai kini seperi dilihat Oppenheimer, saat bertahun-tahun menjadi dokter yang meneliti penyakit malaria papua nugini, masih mempraktekkan seni membuat rajah ini
Tidak hanya teknologi yang disebarkan para penduduk Asia Tenggara ribuan tahun silam ke berbagai penjuru dunia, tapi juga mitologi kisah banjir, Gilgamesh, kisah banjir bandang Sumeria yang memiliki kesamaan dengan banjir Nuh, menurut Oppenheimer, bertolak dari kisah tenggelamnya Paparan Sunda di wilayah nusantara dahulu kala
Sampai dua abad silam, cerita banjir Nuh adalah satu-satunya legenda tentang banjir besar yang dikenal di dunia mutakhir. Munculnya Mitologi banjir besar, yang sebagian sangat mirip kisah Nuh, baru muncul saat tablet-tablet tulisan hurug paku, semacam buku dari kerajaan tua Sumeria, ditemukan di Irak oleh Hormuzd Rassam pada 1853. tablet-tablet itu pertama kali diterjemahkan oleh arkeolog Inggris, George Smith, pada awal 1870
Tablet itu berisi kisah galgamesh, Raja Sumeria. Dalam cerita itu, Gilgamesh bertemu dengan Utnapishtim di negeri timur yang mengaku selamat dari banjir besar yang melanda negerinyakarena naik perahu besar. Dalam perahu itu, ia membawa semua benih yang bias ditanam. Setelah beberapa hari, ia melepas burung untuk mengetahui apakah sudah tampak daratan. Belakangan arkeolog Inggris lain, Sir Leonard Wooley,pada 1029 menyimpulkan bahwa kisah Utnaphistim dan banjir Nuh iu sama
Rupanya Utnaphistim bukan satu-satunyakisah tentang air bah yang mirip banjir Nuh. Beberapa kisah serupa mulai teridentifikasi. Di Wales ada dongeng Danau Llion yang menyembur dan membanjirkan seluruh daratan kecuali Dwayfan dan Dwayfach. Mereka selamat dengan kapal tanpa tiang dan kembali mendiami pulau Fridain (Britania).Kapal itu berisi sepasang binatang dari setiap makhluk hidup
Di Lithuania ada dongeng bahwa Pramazimas, sang dewa tertinggi, sudah muak terhadap keburukan manusia sehingga mengirim Wandu dan Wejas. Karena terlalu bersemangat bekerja mengirim air bah, dalam 20 hari tersisa sangat sedikit manusia
Tapi di Asia Tenggara dan wilayah berpenutur Austronesia lain, seperi di Kepulauan Pasifik, menurut Oppenheimer, kisah banjirseperti Nabi Nuh dan Sumeria ini sangat banyak. “Mayoritas dongeng tersebut diceritakan oleh penduduk minorotas yang tinggal di pulau terpencil. ,”kata Oppenheimer. Rupanya di pulau kecil ini, bayangan banjir selalu ada. Kisah air bahpun dianggap “konteksktual” sehingga mitologi bias awet dan diturunkan selama ribuan tahun
Di Tahiti, misalnya,ada kisah banjir setinggi gunung selama sepuluh hari. Jelas bukan tsunami, yang mungkin sudah dikenal di daerah itu karena lamanya sampai 10 hari. Adapun suku Ami, salah satu suku pribumi di Taiwan, memiliki cerita sama dengan dongeng di Tibet-Burma dan Austro-Asiatik di India Timur.Kisahnya tentang banjir bandang yang singkat, menyelamatkan diri dengan kotak kayu, mendarat di gunung dan inses orang yang selamat
Selain tema air bah, yang memiliki sejumlah kemiripan adalahmitologi proses penciptaan dunia serta Habil dan Qabil. Bagi Oppenheimer, hal-hal ini bukan kebetulan. Karena itu, sumbernya pasti dari satu wilayah dan wilayah tersebut, menurut dia, ada kemungkinan di Asia Tenggara.” Mitos banjir pasti dating dari Kepulauan Asia Tenggara” tutur Oppenheimer dalam bukunya. Apalagi kadang kesamaan mitologi ini disertai jejek genetika.kisah Kalevala, misalnya, berasal dari Finlandia. Dan di negei itu ditemukan jejak-jejak genetis yang serupa dengan Asia Tenggara
No comments:
Post a Comment