Wednesday, July 01, 2009

MENJADIKAN HIDUP LEBIH BERMAKNA

Setelah membaca buku ini, saya tersadarkan bahwa dengan menemukan kebermaknaan dalam diri mamisia menemukan kesejatian hidup dan kepenuhan diri sebagai pribadi yang utuh
(Permata Kusumadewi, Seputar Indonesia, Juni 2009)

Manusia sejatinya berusaha menjadi seorang yang bijaksana dengan mencari dan mengejar kebijaksanaan sesuai dengan apa yang menjadi keyakinannya. Pencarian kebijaksanaan itu dilakukan dengan memaknai hidup dan sejatinya ada di dalam kehidupan sendiri. Diri manusia senantiasa tumbuh dan berkembang, baik raga maupun jiwanya. Raga manusia terlihat secara fisik sehingga pertumbuhan dan perkembangannya terlihat dan terukur. Lalu bagaimana dengan jiwa manusia? Dapatkan terlihat dan terukur?

Kita semua perlu memahami perkembangan jiwa kita masing-masing. Perkembangan jiwa manusia dicirikan dengan adanya perkembangan mental dan spiritual. Perkembangan mental dan spiritual ini memengaruhi cara pandang manusia dalam melihat makna hidup. Semua orang setuju bahwa hidup itu memiliki serangkaian masalah tanpa akhir yang senantiasa ditemani dan dipenuhi oleh rasa sakit maupun rasa senang. Pilihan selanjutnya ada pada diri manusia itu sendiri, mau menyerah pada keadaan dengan mengeluh atau berjuang untuk terus hidup dengan memecahkan segala masalah yang ada. Lantas apa perbedaan di antara pilihan-pilihan tersebut?

Pada hakikatnya, hidup benar-benar membutuhkan suatu pengakuan, pemahaman, dan penerimaan. Mereka yang menyikapinya dengan berkeluh hanya akan mendapatkan sesuatu yang tidak menguntungkan dan tidak menyenangkan. Hal itu tentu hanya akan membuat hidup menjadi sulit karena proses untuk menghadapi berbagai persoalan dianggap sebagai sesuatu yang menyakitkan. Orang yang mengeluh tidak mengakui hidup itu memiliki serangkaian masalah karena mereka memahami dari sudut pandang bahwa mudah. Alhasil, mereka menerima bahwa kesulitan yang dihadapi semata-mata hanya sebagai simbol dari bentuk rasa sakit tersendiri.

Adapun bagi mereka yang menghadapinya dengan mencari penyelesaian dan memecahkan masalah akan mendapatkan sesuatu yang menguntungkan dan menyenangkan. Bahwa hidup memiliki maknanya apabila segala kesulitan untuk memecahkan masalah dipahami sebagai suatu proses untuk membantu manusia tetap tumbuh dan berkembang. Menjalani hidup lebih mudah dimulai dengan bagaimana sudut pandang kita melihat suatu kebenaran terbesar, bahwa hidup itu sulit. Kebenaran itu harus dilihat secara utuh dengan sebuah pemahaman dan penerimaan sehingga hal itu tidak lagi menjadi masalah .Karena hidup memang bukan untuk mengeluh.

Buku The Road Less Travelled merupakan buku psikologi, tepatnya psikoterapi, yang terdiri dari 4 bab. Pada bab pertama, penulis M Scott Peck menggunakan instrumen disiplin sebagai perangkat dasar memecahkan atau menyelesaikan semua masalah yang dihadapi sehingga untuk memecahkan semua permasalahan, manusia harus mampu berdisiplin secara total (him 4). Artinya, jangan pernah mengabaikan masalah. Prioritas utama adalah berani menghadapi masalah yang sudah menjadi tanggung jawab kita untuk memecahkannya. Sama seperti deklarasi hidup yang disampaikan filsuf Nietzche: hadapilah hidup dengan penuh keberanian.

Sebagai alat evolusi spiritual manusia, tentu disiplin tidak hadir begitu saja. Dibutuhkan suatu motif dan energi untuk mewujudkannya. Kekuatan inilah yang disebut cinta dan menjadi inti pembahasan bab 2. Cinta adalah sebuah tindakan, perasaan. Bagaimana kita bertindak untuk membuat suatu keputusan yang bijak dan tepat. Contohnya, ketika kita mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan berkonsentrasi penuh terhadap orang lain, itu merupakan suatu wujud cinta. Deskripsi tentang cinta ini tentulah menarik karena selama ini terjadi kesalahan konsepsi tentang cinta, yaitu fenomena cinta yang senantiasa erotis terkait dengan seks dan fenomena cinta yang selalu bersifat sementara (hlm. 102). Cinta adalah kerja atau keberanian yang diarahkan untuk menumbuhkan perkembangan spiritual diri kita atau orang lain. Itulah mengapa cinta dikatakan membutuhkan pengembangan diri. Manusia yang hidup senantiasa mengalami perkembangan. Dengan ajaran disiplin dan cinta, ia dapat melihat berkah dalam kehidupannya itu.

Bab ketiga menjelaskan perkembangan eksistensi diri manusia. Manusia diajari untuk berkembang, bergerak, dan tumbuh dalam dimensi apa pun. Bab 4 membahas kebermaknaan hidup. Karena kehidupan yang lengkap adalah ketika kebermaknaan hidup ditemukan di mana rasa sakit dan kebahagiaan akan menjadi imbalannya.Tugas utama dan esensial dalam proses perkembangan spiritual seseorang adalah usaha terus-menerus untuk membawa konsep diri sadar seseorang agar secara progresif semakin sesuai dengan realitas (hlm 348).

Apa yang dilakukan penulis melalui buku ini merupakan suatu bentuk psikoterapi. Dengan bahasa yang cerdas dan jelas, penulis yang bergelut di bidang psikiatri klinis ini mengantarkan ribuan petuahnya dengan kasih sayang dengan tanpa menggurui. Penulis berusaha mengajak pembaca mengarungi perjalanan spiritual dan dengan kembangan spiritual kita akan terlihat nyata.

Terkait dengan keunikan setiap manusia dengan segala sikap hidupnya, tentu setelah membaca buku ini tidak semua orang dapat memahami dan merespons psikoterapi dengan baik karena perbedaan penangkapan makna. Hal-hal terkait masalah psikiatris memang tidak dapat dirumuskan menjadi satu macam obat mujarab saja.

Setelah membaca buku ini, saya tersadarkan bahwa dengan menemukan kebermaknaan dalam diri mamisia menemukan kesejatian hidup dan kepenuhan diri sebagai pribadi yang utuh. Sejatinya hidup adalah untuk senantiasa aktif dan emansipatif dalam memaknai setiap pengalaman yang membentuk diri sebagai manusia yang utuh dan sebagai langkah nyata memperlakukan diri dengan mampu mengadakan diri apa adanya. Sudahkah Anda menemukan kebermaknaan hidup Anda? (*)

Permata Kusumadewi, alumnus FH U dan peneliti diPusat Kajian Strategik dan Pertahanan(CSDS)-PascarajanaUI

No comments:

Twitter Facebook

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes