Monday, July 20, 2009



IRONI KAUM MARGINAL

Dari seluruh karakter puisinya yang sederhana, jenaka, dan terkadang seronok itu, tampaknya Iwan bisa disebut sebagai penerus Remy Sylado, yang terkenal akan gaya puisi mbeling.
(Haris Priyatna, Pikiran Rakyat, Juli 2009)

Ironi.Tak pelak lagi, itulah benang merah buku ini. Judulnya saja sudah menyiratkan hal itu: Miskin tapi Sombong. Dalam buku ini, Iwan Sulistiawan menaburkan kisah-kisah pendek yang sarat ironi. Tepatlah kata Jaya Suprana, sang pakar kelirumologi, dalam pengantar buku ini, "Predikat miskin memang kurang selaras dan serasi untuk disandingkan dengan predikat sombong, kecuali dihubungkan dengan kata sambung 'tapi' seperti di judul buku ini."

Maka di dalam buku ini kita dapat menemukan kisah-kisah nan ironis semacam yang satu ini:
istrimu sudah ingatkan
ke reuni tak perlu taksi
kau malah abaikan
kau bilang reuni itu adu gengsi
("Miskin Tapi Sombong")

Kisah ? Bukankah itu puisi ? Demikian mungkin Anda mendebat. Ya, Anda tentu segera dapat mengenali struktur tulisan di atas yang seperti syair itu sebagai puisi. Sejatinya memang dapat kita sebut buku ini sebagai kumpulan puisi, namun tampaknya buku ini ingin diposisikan sebagai "kumpulan kisah-kisah singkat." Tentu itu sah-sah saja. Kisah-kisah klasik pun kerap dituangkan dalam bentuk syair, tetapi kini kita mengenalnya sebagai kisah saja, bukan sebagai puisi.

Puisi-puisi Iwan Sulistiawan dalam buku ini begitu bersahaja, tidak muluk-muluk, begitu mengena dan mudah dicerna. Hal ini tentu bisa membuat orang menarik asumsi bahwa sebagai penyair Iwan kurang mendalam. Namun, jangan salah duga, kesederhanaan puisi Iwan bukan lantaran dia tidak mengenal bentuk-bentuk puisi lain yang lebih rumit. Pilihannya atas bentuk puisi yang sederhana tampaknya memang disengaja, agar efek yang dia kehendaki terhadap pembacanya segera sampai. Efek itu bisa berupa rasa haru atau rasa geli, atau malah campuran antara kedua-duanya.

Ironisme kemiskinan juga dapat kita temukan dalam puisi yang berjudul "6 on 1." Puisi ini mengisahkan sebuah keluarga yang naik satu sepeda motor beramai-ramai pada hari Lebaran. Juga dalam puisi yang berjudul "Sandwich Gula Pasir" tentang murid-murid SD yang sedang belajar bahasa Inggris:
"What about you, Wahyu ? you also like sandwich, don't you?
"Yes, Miss, Ida.""Then what do you usually have with the sandwich? " "I eat sandwich... mmm ...I eat sandwich... leat sandwich with...with... mmm itu loh, Miss, mmm...bahasa Inggrisnya gula pasir apa, Miss? "
meledak tawa ejekan teman-teman Wahyu rasa mindemya makin merasuk mengiris pilu

Selain itu, Iwan piawai mengutik-atik kata-kata sehingga terlahir kalimat-kalimat yang menggelitik, salah satu contohnya adalah puisi "Yang Disebut Seorang Ibu di Bulan Suci." Bahkan Iwan juga menyusun kata-kata puisinya menjadi bentuk tertentu, yang mengingatkan kita kepada puisi Sutardji Calzoum Bahri. Puisi yang demikian contohnya adalah "Rumah Kata-Kata." Hebatnya, dari membuat bentuk-bentuk ini, Iwan tak sekadar bermain-main. Larik penutup puisi itu sungguh menohok: Bagi si miskin papa, punya rumah sendiri cuma wacana, tinggal harapan dan mimpi hampa atau sejumput kata-kata.

Dari seluruh karakter puisinya yang sederhana, jenaka, dan terkadang seronok itu, tampaknya Iwan bisa disebut sebagai penerus Remy Sylado, yang terkenal akan gaya puisi mbeling. Puisi-puisi Remy membuat kita tersenyum, tertawa terbahak-bahak, atau merenung. Namun, di dalam kelakarnya, Remy sebenamya sedang bersikap serius. Dia menelanjangi sikap feodal dan munafik masyarakat kita, terutama di kalangan pemimpin bangsa.

Demikian pula Iwan Sulistiawan. Puisi-puisinya begitu lugu dan apa adanya, namun bukan berarti tanpa kedalaman. Maka, nikmatilah karya Iwan Bung Kelinci yang ringan sekaligus menggigit ini sambil bersantai. Buku ini dapat menjadi bahan refleksi yang menghibur tanpa kita mesti mengerutkan kening karena menerka-nerka maknanya

(Haris Priyatna, penggiat perbukuan, tinggal di Bandung)***

No comments:

Twitter Facebook

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes