Tuesday, May 05, 2009



MENGINTIP SISI GELAP DUNIA ARAB

.... novel Irwin ini banyak menceritakan kejadian yang dengan caranya sendiri bikin bergidik pembaca. Bayarigan ketidakmausiawian para ahli sihir dalam fiksi ini mencipta-kan lukisan sendiri mengenai eksotisme ganjil akan dunia Arab.....
(Jurnal Nasional, Mei 2009)


Robert Irwin dikenal sebagai penulis fiksi dan non-fiksi yang banyak berkaitan dengan dunia Arab. Selain novel The Arabian Nightmare, ia juga pernah meiiulis karya non-fiksi The Middle East in the Middle Ages, The Arabian Nights: A Companion, Islamic Art, dan Night and Horses and the Desserts: The Penguin Anthology of Classical Arabic Literature.

Dalam The Arabian Nightmare yang diterbitkan Ufuk Publishing House dalam rangka melanjutkan kesuksesan The Girls of Riyadh ini, Irwin melukiskan kegelapan dunia Arab yang dikuasai oleh sihir-sihir dan teror makhluk horor. Sang tokoh utama, Balian yang sedikit sekali diceritakan mengenai asal usulnya dalam bagian awal penceritaan sudah berada di Kairo. la tergabung dalam rombongan para peziarah Nasrani Eropa yang tinggal di dalam caravanserai (tenda para peziarah). Malang, penyakit yang dideritanya membuat dia mesti memisahkan diri dari rombongan. "Kau menderita salah satu penyakit malam yang erat kaitannya dengan proses mimpi...penyakit "tidur" itulah yang telah membuatmu mengucurkan darah," kata seorang Inggris yang menolongnya. Vane, orang Inggris tersebut, mengajaknya berobat pada seorang ahli tidur. Kalau dia menolak, bisa saja penyakit misterius itu akan merenggut nyawanya. Dengan ragu, namun tak mau mati, Balian mengikuti Vane. Ia terus bertanya-tanya, apakah ia terserang penyakit mengerikan yang digembar-gemborkan masyarakat, kalangan pejabat, dan orang asing di Kairo. Lalu apakah sebenarnya Arabian Nightmare?

Ceritanya, menurut Vane, penyakit ini masih diragukan apakah sebetulnya memang merupakan penyakit atau sebuah kutukan. The Arabian Nightmare bersifat cabul dan mengerikan, monoton, dan menghantui. Datang menemui korbannya setiap malam, menyelinap masuk ke bagian yang paling dalam dari dirinya, yang tidak akan diingat lagi keesokan harinya ketika dia terbangun.

Ahli tidur yang ditemui Balian bernama Father of Cats, seorang penguasa dari The House of Sleeping. Setelah ditunjukkan ruang-ruang perawatan pasien Father of Cats, bukannya merasa nyaman, Balian malah gelisah. la ngeri dengan suasana mistis dan jorok dalam The House of Sleeping. Jangan-jangan, Father sendirilah yang menciptakan Arabian Nightmare dan menyebarkannya seperti virus yang mematikan perlahan-lahan. Jadilah dia melarikan diri dan mulai menjalani pengembaraan dalam ketersesatannya di lorong-lorong kumuh Kairo.

Kalau saja tidak menderita sakit mimpi buruk yang membuatnya mengeluarkan darah segar dari mulut dan hidungnya, Balian pasti bisa segera menyelesaikan misinya. Pertama adalah menuntaskan penugasan pemerintah Francis untuk mengukur kekuatan tentara Sultan Kairo. Yang kedua adalah menunaikan sumpahnya untuk berziarah ke St Catherine di Bukit Sinai.

Dalam perjalanan yang penuh bahaya, Balian mesti berhadapan dengan para pengejar misterius serta makhluk halus utusan Father of Cats, la juga didera ketakutan akan teror yang diisukan masyarakat mengenai perempuan penggorok leher yang bangkit dari kubur bernama Farida. Balian tak berani jatuh tertidur karena mengkhawatirkan keselamatannya Apalagi tidur hanya akan membawanya pada penyakit mimpi buruk yang terasa sangat nyata. Mimpi seram yang membuatnya bangun dengan muntah darah.

Dalam pelariannya mencari keselamatan, Balian bertemu dengan banyak tokoh yang memegang peranan dalam buku ini, termasuk Yoll si pendongeng yang kemudian menjadi pencipta kisah Seribu Satu Malam. Yoll banyak berperan sebagai narator sebagai pihak ketiga yang maha tahu dalam The Arabian Night. Dalam setiap bab, Yoll akan menuliskan pengantarnya sebagaimana ialah si pencerita kisah petualangan Balian di negeri Arab. Misalnya ketika usaha Balian mendapatkan visa untuk keluar Kairo tidak berhasil.

"Aku tidak bisa lagi membayangkan dunia di luar Kairo," Bailan memutuskan diam-diam, namun bayangan akan imajinasinya yang kian menciut, membuatnya semakin sedih. Melihat nasib Balian, Yoll kemudian menuliskan narasinya, “

“Setiap pengunjung kesulitan meninggalkan Kairo. Kota ini mengungkap sendiri tabirnya seperti cerita yang tidak pernah berakhir. Para pemirsaku adalah orang asing di tempat ini. Kota ini menarik perhatian mereka untuk mengunjunginya (jika memang menarik perhatian) terutama dengan alam eksotisnya. Aku sendiri telah merasa kesulitan, menjelaskan secara rind dan memberi penekanan pada nilai eksotisme dalam cerita yang aku paparkan. Belum lagi sekarang dengan keganjilannya. Aku tidak bermaksud buruk menyebut ganjil. Beberapa orang juga menganggapku sebagai orang aneh."

Bagaimana tidak ganjil? Kairo, dalam gambaran Irwin di novel ini, memuat sisi gelap yang sulit diterima akal sehat manusia. Sebutlah penggambaran sebuah pesta mumia (sejenis senyawa langka campuran zat bitumen, natron, serta daging mayat yang tidak pernah membusuk, berwarna hitam pekat). Dalam perayaan itu, zat yang telah dibalsam diberi gula lalu dilarutkan dalam anggur, diberikan oleh Father of Cats kepada semua murid-muridnya untuk diminum. Belum lagi adanya kejadian tersebut, yakni suara cekikikan misterius berhasil mengganggu jalannya proses shalat jumat di masjid tempa melaksanakan ibadah tersebut.

Meski tidak secara sengaja dikemas dalam balutan horror, novel Irwin ini banyak menceritakan kejadian yang dengan caranya sendiri bikin bergidik pembaca. Bayangan ketidakmausiawian para ahli sihir dalam fiksi ini menciptakan lukisan sendiri mengenai eksotisme ganjil akan dunia Arab, seperti yang diungkapkan Yoll. Di tengah keanehan dan kekejian ilmu hitam dan intrik pemberontak terhadap penguasa inilah diceritakan petualangan Balian dalam berupaya menyembuhkan penyakitnya dan keluar dari Kairo hidup-hidup. •








No comments:

Twitter Facebook

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes