
PETUALANGAN MENAPAK PERADABAN ISLAM
Jika melihat dari kandungan sejarah, siapa pun layak membaca novel yang diterbitkan Penerbit Ufuk Press, Jakarta, itu.
(Republika, April 2009)
Jika melihat dari kandungan sejarah, siapa pun layak membaca novel yang diterbitkan Penerbit Ufuk Press, Jakarta, itu.
(Republika, April 2009)
Safari merupakan novel yang mengisahkan perjalanan seorang mahasiswa Indonesia melanglang buana: Eropa, Afrika, Australia, Amerika, dan Asia. Di setiap negara, tokoh utamanya, Jamal bin Mujahid, tak hanya mengunjungi tempat wisata, melainkan pula tempat-tempat bersejarah, masjid, serta bertemu aktivis Muslim. Setiap lokasi yang diknjungi digambarkan secara detail seakan-akan pembaca dilibatkan turut serta melanglang buana.
Kisah yang pernah dimuat sebagai cerita bersambung di Republika ini ditulis berdasarkan kisah nyata. Sarat il¬mu pengetahuan dan nilai-nilai sejarah. Di sisi lain, kisah ini mengupas kenyataan gesekan politik yang terjadi antara kelompok Barat dan kawasan Timur Tengah. Barat yang selalu engagungkan hak asasi manusia, realitanya nothing. Diskriminasi terhadap umat Islam terang-benderang dilakukan kelompok Barat. Hal sederhana, larangan berkerudung bagi pelajar masih berlaku di beberapa negera Eropa. Cap Islam teroris terus didengungkan Barat.
Kisah ini diawali kebahagiaan Jamal meraih beasiswa melanjutkan S2 di universitas ternama di Jerman. Pria yang tinggal di Pulau Dewata ini kuliah di Aachen University of Technology, kampus bonafide tempat mantan presiden RI, BJ Habibie, menimba ilmu pesawat terbang. Sebelum berangkat, Amal mendapat warisan dari ayahnya yang sedang dipenjara di Grobokan, Denpasar: Sebuah Alquran kecil. "Bacalah selalu! Dan jangan tinggalkan shalat. Insya Allah kau akan terjaga," pesan ayah Jamal.
Ayah Jamal seorang aktivis Mujahidin yang ikut angkat senjata ke Afghanistan melawan komunis Soviet. Ketika terjadi kasus.bom Bali, ayahnya dianggap terlibat, akhirnya dipenjara. Kebutuhan hidup keluarga ditopang ibunya membuka toko roti.
Kesibukan utama Jamal adalah kuliah. Kegiatan lainnya aktif mengikuti kajian ilmiah di kampus. Kegiatan ini membuatnya semakin berwawasan dan menambah teman Muslim dari berbagai negara. Sedangkan di luar kampus, lulusan ITB ini aktif mengikuti kegiatan yang diadakan Kedubes RI di Berlin. Kesibukannya bertambah ketika dia dipilih sebagai ketua umum PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Jerman. Semua kegiatan ini menjadi gerbang terbuka bagi Jamal menyambangi berbagai negara di dunia.
Perjalanan dimulai dari Aachen, kota tempatnya kuliah. Kota lain di Jerman yang dikunjungi adalah Berlin sebagai pusat kepengurusan PPI. Tak hanya tempat bersejarah seperti Tembok Ber¬lin yang didatangi, Jamal pun sangat tertarik berkunjung ke Islamic Center dan masjid-masjid di kota tersebut. Di antaranya, Masjid Sehitlik yang merupakan masjid terbesar di Berlin. Masjid itu dikenal sebagai masjid Turki, karena pengelolanya komunitas Turki. Ada pula masjid lain yang dikelola komunitas Arab dan Pakistan. Dari Jerman, perjalanan dilanjutjutkan ke Palestina. Kesempatan berkunjung ke Masjid Al-Aqsha, karena kedekatannya dengan Azam habat karibnya di kampus. Azam aktivis pengajian di kampus, asli dari Palestina. Azam menawarkan,kapan Amal bisa pergi ke Palestina. Modalnya hanya tiket pesa¬wat, sedangkan selama di Negeri Yasser Arafat, Azam yang akan menanggung akomodasinya.
Di kampus, Azam sangat antusias menceritakan bagaimana perlawanan masyakat Palestina menghadapi Zionis Yahudi. "Maaf jangan gunakan istilah bom bunuh diri. Itu istilah yang diciptakan musuh. Gunakan istilah bom syahid," tegas Azam saat di kampus. Rangkaian cerita Azam terekam kuat di pi-kiran Jamal. Saat berkunjung ke Palestina, Jamal bagaikan menapak tilas membuktikan semua penjelasan Azam.
Menuju Palestina Jamal melalui Amman, Yordania, lalu melewati Israel. Pemeriksaan sangat ketat lengkap dengan tentengan senjata. Perbedaan kota di Palestina dengan di Israel terlalu jomplang. Yerusalem periuh dengan bangunan pencakar langit, tidak demikian dengan Palestina. Orang Palestina mis-kin, sebaliknya Israel kaya. Pemerintah Israel mengembangkan politik apartheid mendiskriminasi etnis Arab.
Khalid yang menjadi guide mengajak Jamal naengunjungi tempat bersejarah 'milik' tiga agama di dunia. Masjid Al-Aqsha riwayat perjalanan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Sebelah barat daya masjid menempel dinding kapur tempat pemujaan Yahudi yang dikenal Tembok Ratapan. Bagian selatan Yerusalem adalah kota Betlehem yang diyakini tempat lahir Nabi Isa. "Karena itu para peziarah beragama Yahudi, Nasrani, mauipun Islam menganggap tempat itu sebagai tempat suci mereka," papar Khalid. Kembali ke kampus, Azam menegaskan kembali, bagaimana perlakuan Zionis Israel terhadap umat Islam. Negera yang didukung Barat itu tidak konsisten menegakkan HAM. Bahkan mereka sendiri terang-terangan melanggar HAM.
Posisi sebagai ketua PPI Jerman mengantarkan Jamal berangklat ke London. Tujuannya, menghadiri pembentukan PPI se-Eropa yang diikuti perwakilan mahasiswa di negara-negara Eropa. Jamal beruntung terpilih sebagai ketuanya. Acara PPI tujuan utama, sampingannya mengunjungi kawasan bersejarah di London. Dia pun mengunjungi komunitas pemuda Muslim di Birmingham. Menurut Gulam, ketua Pemuda Muslim tersebut, masalah yang dihadapi umat Islam di London, antara lain pendidikan, rumah ibadah, dan makanan halal.
Penelusuran Jamal berlanjut ke Turki, Mesir, Australia, Amerika, bahkan sempat mampir kembali ke Bali, tempat tinggalnya. Di negara-negara tersebut pun banyak pengalaman berharga yang diperolehnya. Apa sajakah? Lanjutkan membaca di buku setebal 346 halaman ini.
Bab akhir buku ini diberi judul 'Air Mata Perpjsahan'. Jamal harus berpisah dengan Azam yang putus kuliah di tengah jalan. Langkah ini ditempuh Azam karena ada tugas negara. Namun, Azam tak mau menjelaskan secara rinci. Rasa penasaran itu terjawab ketika Jamal menyaksikan Azam di layar kaca. Ternyata, di Palestina, Azam bukan orang sembarang. Siapakah Azam?
Ditegaskan kembali bahwa novel ini syarat dengan ilmu pengetahuan dan nilai sejarah. Dipastikan penulis sendirilah yang telah mengarungi negara-negara tersebut. Pengalaman penulis menginjakkan kaki di 30 negara di lima benua memperkaya novel ini. Dia menjelaskan, sejarah peninggalan Nabi-nabi masih bertebaran di negara yang dikunjunginya. Penulis pun mengingatkan kembali betapa hebatnya kejayaan Islam saat menguasai Eropa, Afrika, hingga Asia. Kisah tokoh-tokoh Islam di negara yang dikunjunginya dikupas pula dalam buku ini. Jika melihat dari kandungan sejarah, siapa pun layak membaca novel yang diterbitkan Penerbit Ufuk Press, Jakarta, itu. • vie
Kisah yang pernah dimuat sebagai cerita bersambung di Republika ini ditulis berdasarkan kisah nyata. Sarat il¬mu pengetahuan dan nilai-nilai sejarah. Di sisi lain, kisah ini mengupas kenyataan gesekan politik yang terjadi antara kelompok Barat dan kawasan Timur Tengah. Barat yang selalu engagungkan hak asasi manusia, realitanya nothing. Diskriminasi terhadap umat Islam terang-benderang dilakukan kelompok Barat. Hal sederhana, larangan berkerudung bagi pelajar masih berlaku di beberapa negera Eropa. Cap Islam teroris terus didengungkan Barat.
Kisah ini diawali kebahagiaan Jamal meraih beasiswa melanjutkan S2 di universitas ternama di Jerman. Pria yang tinggal di Pulau Dewata ini kuliah di Aachen University of Technology, kampus bonafide tempat mantan presiden RI, BJ Habibie, menimba ilmu pesawat terbang. Sebelum berangkat, Amal mendapat warisan dari ayahnya yang sedang dipenjara di Grobokan, Denpasar: Sebuah Alquran kecil. "Bacalah selalu! Dan jangan tinggalkan shalat. Insya Allah kau akan terjaga," pesan ayah Jamal.
Ayah Jamal seorang aktivis Mujahidin yang ikut angkat senjata ke Afghanistan melawan komunis Soviet. Ketika terjadi kasus.bom Bali, ayahnya dianggap terlibat, akhirnya dipenjara. Kebutuhan hidup keluarga ditopang ibunya membuka toko roti.
Kesibukan utama Jamal adalah kuliah. Kegiatan lainnya aktif mengikuti kajian ilmiah di kampus. Kegiatan ini membuatnya semakin berwawasan dan menambah teman Muslim dari berbagai negara. Sedangkan di luar kampus, lulusan ITB ini aktif mengikuti kegiatan yang diadakan Kedubes RI di Berlin. Kesibukannya bertambah ketika dia dipilih sebagai ketua umum PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Jerman. Semua kegiatan ini menjadi gerbang terbuka bagi Jamal menyambangi berbagai negara di dunia.
Perjalanan dimulai dari Aachen, kota tempatnya kuliah. Kota lain di Jerman yang dikunjungi adalah Berlin sebagai pusat kepengurusan PPI. Tak hanya tempat bersejarah seperti Tembok Ber¬lin yang didatangi, Jamal pun sangat tertarik berkunjung ke Islamic Center dan masjid-masjid di kota tersebut. Di antaranya, Masjid Sehitlik yang merupakan masjid terbesar di Berlin. Masjid itu dikenal sebagai masjid Turki, karena pengelolanya komunitas Turki. Ada pula masjid lain yang dikelola komunitas Arab dan Pakistan. Dari Jerman, perjalanan dilanjutjutkan ke Palestina. Kesempatan berkunjung ke Masjid Al-Aqsha, karena kedekatannya dengan Azam habat karibnya di kampus. Azam aktivis pengajian di kampus, asli dari Palestina. Azam menawarkan,kapan Amal bisa pergi ke Palestina. Modalnya hanya tiket pesa¬wat, sedangkan selama di Negeri Yasser Arafat, Azam yang akan menanggung akomodasinya.
Di kampus, Azam sangat antusias menceritakan bagaimana perlawanan masyakat Palestina menghadapi Zionis Yahudi. "Maaf jangan gunakan istilah bom bunuh diri. Itu istilah yang diciptakan musuh. Gunakan istilah bom syahid," tegas Azam saat di kampus. Rangkaian cerita Azam terekam kuat di pi-kiran Jamal. Saat berkunjung ke Palestina, Jamal bagaikan menapak tilas membuktikan semua penjelasan Azam.
Menuju Palestina Jamal melalui Amman, Yordania, lalu melewati Israel. Pemeriksaan sangat ketat lengkap dengan tentengan senjata. Perbedaan kota di Palestina dengan di Israel terlalu jomplang. Yerusalem periuh dengan bangunan pencakar langit, tidak demikian dengan Palestina. Orang Palestina mis-kin, sebaliknya Israel kaya. Pemerintah Israel mengembangkan politik apartheid mendiskriminasi etnis Arab.
Khalid yang menjadi guide mengajak Jamal naengunjungi tempat bersejarah 'milik' tiga agama di dunia. Masjid Al-Aqsha riwayat perjalanan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Sebelah barat daya masjid menempel dinding kapur tempat pemujaan Yahudi yang dikenal Tembok Ratapan. Bagian selatan Yerusalem adalah kota Betlehem yang diyakini tempat lahir Nabi Isa. "Karena itu para peziarah beragama Yahudi, Nasrani, mauipun Islam menganggap tempat itu sebagai tempat suci mereka," papar Khalid. Kembali ke kampus, Azam menegaskan kembali, bagaimana perlakuan Zionis Israel terhadap umat Islam. Negera yang didukung Barat itu tidak konsisten menegakkan HAM. Bahkan mereka sendiri terang-terangan melanggar HAM.
Posisi sebagai ketua PPI Jerman mengantarkan Jamal berangklat ke London. Tujuannya, menghadiri pembentukan PPI se-Eropa yang diikuti perwakilan mahasiswa di negara-negara Eropa. Jamal beruntung terpilih sebagai ketuanya. Acara PPI tujuan utama, sampingannya mengunjungi kawasan bersejarah di London. Dia pun mengunjungi komunitas pemuda Muslim di Birmingham. Menurut Gulam, ketua Pemuda Muslim tersebut, masalah yang dihadapi umat Islam di London, antara lain pendidikan, rumah ibadah, dan makanan halal.
Penelusuran Jamal berlanjut ke Turki, Mesir, Australia, Amerika, bahkan sempat mampir kembali ke Bali, tempat tinggalnya. Di negara-negara tersebut pun banyak pengalaman berharga yang diperolehnya. Apa sajakah? Lanjutkan membaca di buku setebal 346 halaman ini.
Bab akhir buku ini diberi judul 'Air Mata Perpjsahan'. Jamal harus berpisah dengan Azam yang putus kuliah di tengah jalan. Langkah ini ditempuh Azam karena ada tugas negara. Namun, Azam tak mau menjelaskan secara rinci. Rasa penasaran itu terjawab ketika Jamal menyaksikan Azam di layar kaca. Ternyata, di Palestina, Azam bukan orang sembarang. Siapakah Azam?
Ditegaskan kembali bahwa novel ini syarat dengan ilmu pengetahuan dan nilai sejarah. Dipastikan penulis sendirilah yang telah mengarungi negara-negara tersebut. Pengalaman penulis menginjakkan kaki di 30 negara di lima benua memperkaya novel ini. Dia menjelaskan, sejarah peninggalan Nabi-nabi masih bertebaran di negara yang dikunjunginya. Penulis pun mengingatkan kembali betapa hebatnya kejayaan Islam saat menguasai Eropa, Afrika, hingga Asia. Kisah tokoh-tokoh Islam di negara yang dikunjunginya dikupas pula dalam buku ini. Jika melihat dari kandungan sejarah, siapa pun layak membaca novel yang diterbitkan Penerbit Ufuk Press, Jakarta, itu. • vie
No comments:
Post a Comment