Thursday, August 07, 2008


HEMAT SOLAR 12,11 %

Penghematan lebih besar tampak pada konfigurasi 3 sel, dengan kon¬sumsi 16,57 km/liter (6,1 liter untuk 101,1 km). Artinya buat setiap liter solar, mobil bisa menempuh jarak ekstra 1,79 km. Efisiensipun terdongkrak 12,11%
(Tabloid OTOMOTIF, Agustus 2008)

Fakta mengenai bahan bakar minyak memang tidak bakal habis dibicarakan. Selain kenaikan harga yang terus melambung, beberapa alternatif pun muncul ke permukaan. Di antaranya pemakaian air yang dicampur dengan BBM, Tentu tidak langsung dimasukkkan ke mesin begitu saja, tetapi dengan melalui treatment lebih dulu.

Seperti yang dilakukan sepasang penggagas penggunaan bahan bakar air untuk mobil di Indonesia, Poempida Hidayatuliah dan F, Mustari. Lewat bukunya "Brown Energy Ranasia Balian Bakar Air", keduanya mengemukakan teknologi elektrolisa air untuk menghasilkan gas hidrogen yang bisa mengirit bensin.

MENGURAI AIR

Urusan temuan mengurai gas hidrogen dan air ini memang bukan barang baru. Seperti juga sudah diulas OTOMOTIF 12/XVI untuk motor, teknoioginya sudah berkembang seiring perkembangan motor bakar itu sendiri. Uniknya, riset bergulir secara estafet dan independen, Seperti oleh Yull Brown dari Australia (dari namanyalah gas ini disebut Brown Gas) sampai Stanley Meyer dari Amerika Serikat.

Inti dari produksi gas hidrogen ini adalah electrolyzer atau wadah untuk elektrolisa air. Pada aiat ini, terjadi elektrolisa untuk memisahkan molekul air H?0 menjaal 2 atom hidrogen (H) dan 1 atom oksigen (0). Makanya sistem ini juga banyak disebut dengan HHO.

Bagaimana molekul air bisa terurai menjadl atom-atom penyusunnya? Ternyata prinsip kerjanya cukup sederhana. Air yang dipakai adaiah air destilasi karena lebih murni. Selain itu juga ditambah sodium bicarbonate atau baking soda sebagai katalisnya. Itu karena di dalam alat ini ada aliran listfik. Tidak besar, tetapi nyatanya cukup membuat air bergeiembung dan terpisah menjadi gas HHO. Gas itu kemudian disalurkan ke intake manifold.

Tahap-tahap pembuatan unit elektrolisa ini pun dijelaskan komplet didalam buku tersebut. Bentuknya cukup sederhana karena menggunakan botol atau topics produk kopi yang mudah ditemukan. "Sebenarnya lebih pada kepraktisan, supaya siapa saja bisa membuatnya," ujar Futung Mustari, yang ditemui di kantor penerbit Ufuk di Pejaten Jaksel.

Namun karena banyaknya permintaan, selain melakukan seminar dan pelatihan, Mustari juga menyediakan unitnya dengan banderol Rp 400 ribu untuk satu sel (belum ongkos pasang). Saat int memang masih dibuat secara terbatas, namun spesifikasinya sama persis dengan peranti yang dibahas di buku. Tampak pada unit yang sudah jadi, masih berupa toples yang sudah diberi rangkaian kumparan kawat stainiess steel 316L dan 304S masing-masing buat terminal positif dan negatif.

DUA KONFIGURASI

Kali ini, OTOMQTIF pun berkesempatan untuk mencobanya pada kendaraan bermesin diesel. Untuk itu, dipilih Toyota Kijang Krista diesel 1999 milik awak redaksi sebagai sarana uji coba. Minibus bermesin 2LJ dengan kapasitas 2.500 cc inipun dipasangi serangkaian botol electiolyzer.

Melihat tempat yang cukup lega di ruang mesin Kijang, penempatan juga leluasa, Bisa beberapa botol sekaligus ditempatkan di sini. Nah, biar puas dijajal dua konfigurasi sekaligus. Pertama dengan konfigurasi 3 sel eiectrolyzer, lalu kedua hanya pakai dua set saja.

Sebelum memuiai, bracket botol dipastikan terpasang dengan baik. Laiu ditambah juga dengan peredam panas untuk melindungi botol. "Karena dekat knalpot, untuk menjaga keutuhan botolnya," lanjut pria 44 tahun yang masih meneruskan risetnya akan bahan bakar air ini.

Rangkaian sel electrolyzer ini dipasang secara seri baik dari pengumpulan gas maupun rangkaian kelistrikannya. Misalnya pada rangkaian tiga sel, slang dikumpulkan pada sel tengah baru disalurkan ke intake. Begitu juga konfigurasi dua sel, dikumpulkan jadi satu baru disalurkan ke mesin.

Masuknya gas HHO ke dalam mesin tinggal mencari lokasi ideal. Pada mesin diesei, tempatnya lebih leiuasa. Untuk itu, dipilih salura intake setelah saringan udara yang terbuat dari plastik. Tinggal diiubangi dan ditancapkan nepel siang.

Dengan dua konfigurasi sel eiectrotyzer itu, dilakukan pengukuran konsumsi bahan bakar mobil. Tiga kali pengujian konsumsi, masing-masing untuk kondisi standar, dengan HHO dua sel dan HHO tiga sel. Kondisi standar Kijang diesei tercatat mengonsumsi 14,78 km/liter (6,84 liter untuk 101,1km).

Dengan penggunaan HHO, konsumsi solar temyata bisa ditekan. Pada konfigurasi 2 sel, konsumsi solar tercatat 16,04 km/liter (6,3 liter untuk 101,1 km). Artinya ada penghematan sebesar 8,53%.

Penghematan lebih besar tampak pada konfigurasi 3 sel, dengan konsumsi 16,57 km/liter (6,1 liter untuk 101,1 km). Artinya buat setiap liter solar, mobil bisa menempuh jarak ekstra 1,79 km. Efisiensipun terdongkrak 12,11%





No comments:

Twitter Facebook

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes