Thursday, June 19, 2008




RAHASIA ITU AKU TEMUKAN DALAM AL-QURAN

Rahasia itu aku tulis dalam pembuka bukuku, "Al-Quran: The Ultimate Secret," bahwa oase pengetahuan yang paling sempurna ternyata sangat dekat dengan kita, yakni diri yang sejati dan Kalam-Nya. Bagi saya, hubungan manusia dan Al-Quran ibarat tubuh dan jiwa. Barangkali di sinilah tersimpannya mutiara sabda Baginda Nabi (saw) yang berkata, " Barang siapa yang mengenal dirinya, mengenal Tuhannya."
(Astrid Darmawan, Majalah Azzikra, Mei-2008)



Rahasia itu kala itu belum teringkap. Aku menjalani hidup di megah kegamangan untuk apa semuanya, bahkan seperti robot hidupku begitu mekanis tanpa bisa menghayati makna hidup yang mesti kuraih. Awalnya, semua begitu sempurna. Aku kuliah di sebuah universitas terkemuka di Depok, Jawa Barat. Aku menjalani karir sebagai model tak pernah tersandung dengan kesulitan yang berarti. Di usiaku yang masih belia aku pernah mewakili daerahku menjadi atlit di kejuaraan tingkat nasional.

Namun, aku tetap merasakan hampa. Aku terus bertanya dan bertanya, untuk apa Allah menciptakan manusia. Kenapa Allah repot-repot menciptakan alam semesta beserta ribuan, jutaan atau milyaran makhluk, yang masih misteri bagiku. Mataku menengadah ke atas langit, sambil tubuhku mengambang di atas air kolam renang rumah pribadiku. Saat itu, aku masih belia tapi kenikmatan dunia dan kekayaan sudah akrab menghampiriku.

Sampailah aku di persimpangan jalan di saat kedewasaanku mulai bertambah, mataku mulai terbuka. Aku merenung dan menghayati setiap detik kehidu-panku dengan terus menengadahkan tangan, memohon petunjuk dan bimbingan Nya. Allah mengirimkan guru bagiku dengan cara yang tak

terduga. Meskipun, kegairahan spiritual sudah terasah sejak tahun 2001, mengikuti berbagai kajian mulai yang diasuh oleh para mursyid dari mancanegara, seperti Syekh Kabir Helminski, Robert Frager hingga para cendikiawan negeri sendiri, seperti KH. Jalaluddin Rakhmat, Prof. Komaruddin Hidayat, dan Dr. Haidar Bagir.

Siapa yang berjihad di jalanNya, niscaya Allah akan tunjukan jalan yang benar. Aku begitu meyakini ayat itu, yang membuatku tersadar bahwa proses transformasi itu tak akan pernah berhenti seperti untuk menjadi kupu-kupu harus siap jadi kepompong lebih dulu. Proses itu aku lalui dan di akhir 2005, tatkala aku memenuhi panggilan Nabi Ibrahim di tanah suci, aku bertemu dengan Kekasih Allah, makhluk yang terpuji yang semesta bersalawat padanya. Tak pernah terhapus dari benakku, bagaimana la tersenyum sambil memperkenalkan anggota keluarganya, ahlul bait. Pengalaman yang indah, tak pernah bisa terlukis keindahannnya dengan kata-kata. Aku makin mencintaimu ya Rasulullah.

Sejak itu pula, aku makin memperbaiki syahadatku. Tak sekadar bersaksi dengan lisan tapi hati. Merasakan kehadiranNya, yang selalu melihatku dan menyaksikanku, sehingga aku malu untuk berbuat dosa. Inilah makna ihsan, yang membenamkanku dalam khusyuk baik dalam salat atau kehidupanku sehari-hari.

Aku sadari bahwa aku manusia biasa yang sering khilaf. Aku juga seorang yang miskin dengan amal saleh dan pengetahuan agama. Namun, apakah aku tak berhak untuk merasakan seolah-olah bisa bertemu dengan Sang Maha Pencipta, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Seperti kata Imam Ali as, matilah sebelum kamu mati. Dalam pengalaman ke-matianku yang berulang-ulang, aku berusaha lepaskan diri dari keterikatan dengan materi, dan aku pasrahkan semuanya pada Allah. Hanya kepada-Mu ya Allah aku beribadah dan aku memohon pertolongan.

Aku tak mau duniaku jadi hijab untuk bertemu dengan-Mu. Bagiku punya uang atau tidak sama saja, aku akan berikan sesuatu yang aku cintai sekalipun, karena itu sebaik-baiknya sedekah. Namun, kini makin sadar menempuh jalan fakir atau zuhud, tak berarti meninggalkan dunia tapi aku tak mencintainya melebihi cintaku padaMu, bahkan dunia tak bisa jadi bandingannya sedikit pun.

Saat aku menapaki jalan karir mulai jadi pengusaha hingga kini menjadi kepala cabang salah satu bank syariah, aku anggap sebagai jalan yang dibukakan Allah untukku. Aku bersyukur setelah jalan "fakir" yang aku tempuh, justru berbagai kemudahan yang Allah berikan. Dunia begitu mudah kembali menghampiriku. Oh, aku jadi tahu rahasianya.

Rahasia itu aku tulis dalam pembuka bukuku, "Al-Quran: The Ultimate Secret," bahwa oase pengetahuan yang paling sempurna ternyata sangat dekat dengan kita, yakni diri yang sejati dan Kalam-Nya. Bagi saya, hubungan manusia dan Al-Quran ibarat tubuh dan jiwa. Barangkali di sinilah tersimpannya mutiara sabda Baginda Nabi (saw) yang berkata, " Barang siapa yang mengenal dirinya, mengenal Tuhannya."

Namun, banyak diantara kita yang tidak mau atau tidak berusaha mengenal dirinya sendiri. Terbukti, mungkin kita sering berpikiran negatif tentang diri kita, yang pada akhirnya akan menarik berbagai kesialan dalam hidup. Mungkin kita terpesona dengan teori Law of Attraction atau The Secret yang ditulis Rhonda Byrne, padahal 14 abad silam, Al-Quran sudah mengungkap rahasia itu dalam surat Yunus, Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikit pun akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.

Semua yang terjadi saat ini terhadap kita adalah buah dari amal kita sendiri. Meski, kita bisa berbuat apa saja, tapi hanya Allah yang menentukan segalanya. Itulah yang membedakan kita sebagai seorang muslinrdengan yang lainnya. Namun, ingat pesan Allah dalam sebuah hadis qudsi, "Aku akan mengikuti prasangka hamba-Ku dan Aku akan senantiasa menyertainya apabila berdoa kepada-Ku." «•

Astrid Ayudevi Darmawan
Lahir di Jakarta, 26 Juli 1968, Ibu dua anak, mantan Model dan Atlit Renang, sehari-hari kini sebagai Kepala Cabang Bank DKI Syariah Pondok Indah, Jakarta





No comments:

Twitter Facebook

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes