
KIAT DUA SEKAWAN KIBARKAN UFUK PRESS
Mengapa Ufuk Press pantas disebut? Tak lain karena prestasinya: sejumlah buku yang diterbitkannya menjadi best seller nasional.
(Majalah Swa, Juni 2008)
Mengapa Ufuk Press pantas disebut? Tak lain karena prestasinya: sejumlah buku yang diterbitkannya menjadi best seller nasional.
(Majalah Swa, Juni 2008)
Industri penerbitan buku di Indonesia makin bergairah saja. Buktinya, perusahaan penerbitan (publishing house) baru terus bermunculan. Salah satunya yang pantas disebut adalah Ufuk Press, yang didirikan dua anak muda: Bakar BilFaqih dan Ahmad Taufik pada Mei 2004. Mengapa Ufuk Press pantas disebut? Tak lain karena prestasinya: sejumlah buku yang diterbitkannya menjadi best seller nasional.
Menurut Bakar. yang menjadi Direktur Produksi dan Editorial. Ufuk Press awalnya merupakan usaha penerbitan dengan pola proyek. "Itu diavvali rasa suka kami terhadap buku, dan kebetulan background saya pernah bekerja di penerbitan," ujar Bakar, yang mengaku sempat berkarier di perusahaan penerbitan Serambi dan Mizan.
Dengan kiat melihat selera pasar, buku-buku yang diterbitkan Ufuk mendapat sambutan relatif bagus. Bahkan, beberapa buku terbitan Ufuk masuk kategori buku laris nasional (dengan patokan: terjual lebih dari 10 ribu kopi). Contohnya, buku biografi pembalap motor terkenal Valentine Rossi. Padahal, oleh penerbit asalnya, penerbitan biografi ini sudah dihentikan, karena penjualannya dinilai tidak bagus. Namun, di tangan Bakar dan Taufik, penjualannya di sini justru bagus. Rahasianya? "Kami mengemas dan memanfaatkan momentum. Kami terbitkan dengan meng-gandengkannya dengan produk dan event olahraga nasional," ungkap Taufik, yang bertindak sebagai Direktur Pemasaran dan Keuangan. "Prinsipnya, kami hanya berpatokan pada selera pasar. Jadi, harus lihai menyiasatinya."
Buku terbitan Ufuk yang juga terbilang laris adalah Da Vinci Code - Decoded. Lalu, ada pula serial laris Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps. Meskipun tidak dipajang di gerai buku laris di toko buku mana pun, karya pasangan Allan dan Barbara Pease ini di Indonesia telah cetak ulang. Seri terbarunya, Why Men Can Only Do One Thing at One Time, juga sudah muncul pada April 2006.
Nah, buku terbitan Ufuk yang paling moncer tahun lalu adalah buku terjemahan The Audacity of Hope - Barrack Obama. Di sini. buku itu sudah terjual 15 ribu kopi. Padahal, harga yang dibanderol cukup mahal untuk standar Indonesia, yakni hampir Rp 100 ribu. "Buku Obama dari segi value besar, karena segmen yang dibidiknya level atas. Dikenakan harga berapa pun, konsumen pasti mau beli," ujar Taufik.
Melalui strategi mengandalkan selera pasar, dua sekawan mi harus pintar-pintar memilih produk yang akan diluncurkan, sesuai dengan timingnya. "Banyak buku bagus di luar sana sudah menunggu. namun kami tahan dulu karena iklimnya belum tepat," kata Bakar. la mengakui, cara ini juga menguntungkan karena tidak perlu menumpuk buku di gudang.
Sejumlah buku saat ini memang siap cetak. Misalnya. Memoar fenomenal karya Joan Didion yang berjudul TheYear of Magical Thinking. Peluncurannya terpaksa mesti ditahan dulu karena waktunya dianggap kurang bersahabat untuk genre itu. Sebaliknya, untuk karya yang diperkirakan bakal bagus pasarnya, Ufuk rcla kerja keras buat rnendapatkannya. Misalnya, ketikamengincar novel thriller karya novelis Inggris Boris Starling, Ufuk berani mengikuti tender yang lumayan alot dan menang dengan harga penawaran USS 3.150 -- cukup tinggi untuk ukuran pembelian hak penerbitan di Indonesia.
Selain memperhatikan selera pasar. keduanya juga mengaku sangat mempertimbangkan karakteristik pembaca di Indonesia. Menurut Taufik, umumnva pembaca di Tanah Air tidak suka melahap bacaan yang berat-berat, misalnya buku kajian. ''Kami sedang berpikir bagaimana menyajikan buku yang isinya kuat, tetapi dengan gaya bahasa yang lebih ringan. Begitu juga kemasannya."
Demi menjaga kesinambungan.Ufuk mcnyiapkan rata-rata empat judul buku per bulan untuk diterbitkan .Minimal tiga bulan sebelum buku itu meluncur ke pasar, barangnya sudah harus siap. Lalu, untuk waktu penerbitannya dicari momentum yang tepat. Misalnya, saat ini tren pasar mengarah ke buku-buku fiksi dan nonfiksi Islami. Salah satu buku nonfiksi Islami terbitan Ufuk yang belakangan cukup meledak adalah Al-Qur'an - The Ultimate Secret, karya mantan model top Astrid Darmawan dan rekannya Muhammad Hidayat. Buku itu hanya memerlukan waktu 15 hari saja untuk tiga kali cetak ulang.
Sejauh ini, hampir 70% buku terbitan Ufuk merupakan terjemahan. "Kami mau kembangkan agar tahun ini buku dari penulis lokal bisa mencapai 40%," Bakar menandaskan.*
A. Mohammad B. S. /tinning Bamrestu dan Mah. Husni Mubarok
Menurut Bakar. yang menjadi Direktur Produksi dan Editorial. Ufuk Press awalnya merupakan usaha penerbitan dengan pola proyek. "Itu diavvali rasa suka kami terhadap buku, dan kebetulan background saya pernah bekerja di penerbitan," ujar Bakar, yang mengaku sempat berkarier di perusahaan penerbitan Serambi dan Mizan.
Dengan kiat melihat selera pasar, buku-buku yang diterbitkan Ufuk mendapat sambutan relatif bagus. Bahkan, beberapa buku terbitan Ufuk masuk kategori buku laris nasional (dengan patokan: terjual lebih dari 10 ribu kopi). Contohnya, buku biografi pembalap motor terkenal Valentine Rossi. Padahal, oleh penerbit asalnya, penerbitan biografi ini sudah dihentikan, karena penjualannya dinilai tidak bagus. Namun, di tangan Bakar dan Taufik, penjualannya di sini justru bagus. Rahasianya? "Kami mengemas dan memanfaatkan momentum. Kami terbitkan dengan meng-gandengkannya dengan produk dan event olahraga nasional," ungkap Taufik, yang bertindak sebagai Direktur Pemasaran dan Keuangan. "Prinsipnya, kami hanya berpatokan pada selera pasar. Jadi, harus lihai menyiasatinya."
Buku terbitan Ufuk yang juga terbilang laris adalah Da Vinci Code - Decoded. Lalu, ada pula serial laris Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps. Meskipun tidak dipajang di gerai buku laris di toko buku mana pun, karya pasangan Allan dan Barbara Pease ini di Indonesia telah cetak ulang. Seri terbarunya, Why Men Can Only Do One Thing at One Time, juga sudah muncul pada April 2006.
Nah, buku terbitan Ufuk yang paling moncer tahun lalu adalah buku terjemahan The Audacity of Hope - Barrack Obama. Di sini. buku itu sudah terjual 15 ribu kopi. Padahal, harga yang dibanderol cukup mahal untuk standar Indonesia, yakni hampir Rp 100 ribu. "Buku Obama dari segi value besar, karena segmen yang dibidiknya level atas. Dikenakan harga berapa pun, konsumen pasti mau beli," ujar Taufik.
Melalui strategi mengandalkan selera pasar, dua sekawan mi harus pintar-pintar memilih produk yang akan diluncurkan, sesuai dengan timingnya. "Banyak buku bagus di luar sana sudah menunggu. namun kami tahan dulu karena iklimnya belum tepat," kata Bakar. la mengakui, cara ini juga menguntungkan karena tidak perlu menumpuk buku di gudang.
Sejumlah buku saat ini memang siap cetak. Misalnya. Memoar fenomenal karya Joan Didion yang berjudul TheYear of Magical Thinking. Peluncurannya terpaksa mesti ditahan dulu karena waktunya dianggap kurang bersahabat untuk genre itu. Sebaliknya, untuk karya yang diperkirakan bakal bagus pasarnya, Ufuk rcla kerja keras buat rnendapatkannya. Misalnya, ketikamengincar novel thriller karya novelis Inggris Boris Starling, Ufuk berani mengikuti tender yang lumayan alot dan menang dengan harga penawaran USS 3.150 -- cukup tinggi untuk ukuran pembelian hak penerbitan di Indonesia.
Selain memperhatikan selera pasar. keduanya juga mengaku sangat mempertimbangkan karakteristik pembaca di Indonesia. Menurut Taufik, umumnva pembaca di Tanah Air tidak suka melahap bacaan yang berat-berat, misalnya buku kajian. ''Kami sedang berpikir bagaimana menyajikan buku yang isinya kuat, tetapi dengan gaya bahasa yang lebih ringan. Begitu juga kemasannya."
Demi menjaga kesinambungan.Ufuk mcnyiapkan rata-rata empat judul buku per bulan untuk diterbitkan .Minimal tiga bulan sebelum buku itu meluncur ke pasar, barangnya sudah harus siap. Lalu, untuk waktu penerbitannya dicari momentum yang tepat. Misalnya, saat ini tren pasar mengarah ke buku-buku fiksi dan nonfiksi Islami. Salah satu buku nonfiksi Islami terbitan Ufuk yang belakangan cukup meledak adalah Al-Qur'an - The Ultimate Secret, karya mantan model top Astrid Darmawan dan rekannya Muhammad Hidayat. Buku itu hanya memerlukan waktu 15 hari saja untuk tiga kali cetak ulang.
Sejauh ini, hampir 70% buku terbitan Ufuk merupakan terjemahan. "Kami mau kembangkan agar tahun ini buku dari penulis lokal bisa mencapai 40%," Bakar menandaskan.*
A. Mohammad B. S. /tinning Bamrestu dan Mah. Husni Mubarok
No comments:
Post a Comment