
ACUAN LENGKAP PARTAI TENTARA TUHAN
Yang cukup menarik, Qassem menuturkan beragam pencapaian yang diraih Hizbullah selama ini. la tidak hanya menguraikan pencapaian di bidang politik dan militer, melainkan juga berbagai keberhasilan di bidang sosial dan pemberdayaan masyarakat
(Gatra, Juni 2008)
(Gatra, Juni 2008)
Dalam beberapa tahun terakhir, setidaknya ada dua akademisi yang melahirkan buku tentang organisasi yang oleh Israel kerap dicap sebagai kelompok teroris. Hezbollah: The Changing Face of Terrorism yang ditulis Judith Palmer Harik menguraikan perubahan-perubahan mendasar yang mewarnai partai itu sejak kelahirannya pada 1982.
Profesor ilmu politik dari American University of Beirut itu melihat perkembangan Hizbullah dari perspektif yang positif. la berusaha membuktikan bahwa partai ini berhasil mengubah wajahnya dari organisasi berlabel teroris pada 1980-an menjadi partai yang legitimated di Lebanon dan memiliki posisi tawar yang kuat.
Demikian pula sorotan gerakan politik partai itu dibeberkan Ahmad Nizar Hamzeh dalam karyanya, In The Path of Hizbullah. Berbeda dari karya Judith Palmer, Ahmad Nizar lebih memfokuskan pandangannya bukan pada perubahan, melainkan lebih pada semua segi yang menyangkut struktur organisasinya, juga pengaruh kuatnya sebagai partai politik di Lebanon.
Munculnya karya Nairn Qassem ini jelas kian melengkapi informasi tentang Hizbullah. Nairn Qassem, yang hingga kini masih menduduki posisi sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, berusaha membeberkan secara komprehensif hal-ihwal "Partai Tentara Tuhan" itu dari perspektif orang dalam. Pelengkap, karena boleh dibilang, inilah buku pertama yang digarap petinggi partai itu sendiri.
Dalam buku ini, Qassem tidak hanya bertutur tentang latar belakang kelahiran partai garis keras itu jauh sebelum 1982, yang diakui sebagai tahun kelahiran resminya.
Lebih dari itu, ia menuntun para pembaca untuk memahami secara mendalam ideologi dan politik Islam yang dianut partai itu. Qassem memaparkan panjang lebar tentang landasan filosofis gerakan, model kepemimpinan, hingga struktur organisasi dan pencapaian-pencapaiannya selama ini.
Berbeda dari Judith Palmer dan Ahmad Nizar yang banyak memfokuskan pembahasan pada sosok pemimpin Hizbullah, Hassan Nasralah, Qassem membeberkan beragam peristiwa dan kebijakan di balik kiprah sekretaris jenderal partai itu. la lebih fokus pada mekanisme organisasi dan manajemen partai, sampai mencakup juga mekanisme rekrutmen anggota.
Misi utama gerakan partai ini sejak awal sudah jelas: melawan hegemoni Israel dan zionisme di tanah Arab. Hizbullah pun didirikan atas dasar tiga pilar yang jadi pegangannya, yakni kepercayaan yang kuat pada Islam, jihad, dan otoritas wali fakih. Ihwal kepercayaan pada otoritas wali fakih itu dijadikan landasan karena memang Syiah menjadi tulang punggung partai ini sejak awal.
Yang cukup menarik, Qassem menuturkan beragam pencapaian yang diraih Hizbullah selama ini. la tidak hanya menguraikan pencapaian di bidang politik dan militer, melainkan juga berbagai keberhasilan di bidang sosial dan pemberdayaan masyarakat. Aksi-aksi sosial dan pemberdayaan masyarakat itu dilakukan lewat beragam organisasi bawahannya. Hal terakhir inilah yang boleh jadi luput dari sorotan banyak orang.
Setidaknya ada empat organisasi bawahan yang berkiprah di bidang sosial dan pemberdayaan masyarakat itu. Sebut saja Perhimpunan Jihad Al-Bina yang dibentuk pada 1985. Salah satu yang pantas dicatat, selain membangun kembali wilayah yang hancur akibat perang, Al-Bina berhasil membangun 110 sumber air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di kawasan Bekaa Selatan dan Bekaa Barat.
Ada juga Organisasi Kesehatan Islam yang memiliki 16 rumah sakit permanen, sembilan pusat kesehatan, dan tiga rumah sakit berjalan yang beroperasi di seputar Lebanon. Dua organisasi lainnya adalah Lembaga bagi Korban Luka, yang khusus aktif membantu rehabilitasi korban perang, serta Institusi Filantropik dan Sosial bagi Para Syahid, yang menyantuni keluarga-keluarga korban perang.
Dengan uraiannya yang sangat komprehensif, tidak mengherankan bila majalah Foreign Affairs menyebut karya Qassem ini sebagai acuan paling lengkap dan baik ihwal Hizbullah. Buku ini memperlihatkan benar keyakinan para pemimpin Hizbullah untuk mencapai tujuannya membangun negara Islam lewat langkah-langkah yang ditempuhnya hingga kini.
ERWINY.SALIM
Profesor ilmu politik dari American University of Beirut itu melihat perkembangan Hizbullah dari perspektif yang positif. la berusaha membuktikan bahwa partai ini berhasil mengubah wajahnya dari organisasi berlabel teroris pada 1980-an menjadi partai yang legitimated di Lebanon dan memiliki posisi tawar yang kuat.
Demikian pula sorotan gerakan politik partai itu dibeberkan Ahmad Nizar Hamzeh dalam karyanya, In The Path of Hizbullah. Berbeda dari karya Judith Palmer, Ahmad Nizar lebih memfokuskan pandangannya bukan pada perubahan, melainkan lebih pada semua segi yang menyangkut struktur organisasinya, juga pengaruh kuatnya sebagai partai politik di Lebanon.
Munculnya karya Nairn Qassem ini jelas kian melengkapi informasi tentang Hizbullah. Nairn Qassem, yang hingga kini masih menduduki posisi sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, berusaha membeberkan secara komprehensif hal-ihwal "Partai Tentara Tuhan" itu dari perspektif orang dalam. Pelengkap, karena boleh dibilang, inilah buku pertama yang digarap petinggi partai itu sendiri.
Dalam buku ini, Qassem tidak hanya bertutur tentang latar belakang kelahiran partai garis keras itu jauh sebelum 1982, yang diakui sebagai tahun kelahiran resminya.
Lebih dari itu, ia menuntun para pembaca untuk memahami secara mendalam ideologi dan politik Islam yang dianut partai itu. Qassem memaparkan panjang lebar tentang landasan filosofis gerakan, model kepemimpinan, hingga struktur organisasi dan pencapaian-pencapaiannya selama ini.
Berbeda dari Judith Palmer dan Ahmad Nizar yang banyak memfokuskan pembahasan pada sosok pemimpin Hizbullah, Hassan Nasralah, Qassem membeberkan beragam peristiwa dan kebijakan di balik kiprah sekretaris jenderal partai itu. la lebih fokus pada mekanisme organisasi dan manajemen partai, sampai mencakup juga mekanisme rekrutmen anggota.
Misi utama gerakan partai ini sejak awal sudah jelas: melawan hegemoni Israel dan zionisme di tanah Arab. Hizbullah pun didirikan atas dasar tiga pilar yang jadi pegangannya, yakni kepercayaan yang kuat pada Islam, jihad, dan otoritas wali fakih. Ihwal kepercayaan pada otoritas wali fakih itu dijadikan landasan karena memang Syiah menjadi tulang punggung partai ini sejak awal.
Yang cukup menarik, Qassem menuturkan beragam pencapaian yang diraih Hizbullah selama ini. la tidak hanya menguraikan pencapaian di bidang politik dan militer, melainkan juga berbagai keberhasilan di bidang sosial dan pemberdayaan masyarakat. Aksi-aksi sosial dan pemberdayaan masyarakat itu dilakukan lewat beragam organisasi bawahannya. Hal terakhir inilah yang boleh jadi luput dari sorotan banyak orang.
Setidaknya ada empat organisasi bawahan yang berkiprah di bidang sosial dan pemberdayaan masyarakat itu. Sebut saja Perhimpunan Jihad Al-Bina yang dibentuk pada 1985. Salah satu yang pantas dicatat, selain membangun kembali wilayah yang hancur akibat perang, Al-Bina berhasil membangun 110 sumber air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di kawasan Bekaa Selatan dan Bekaa Barat.
Ada juga Organisasi Kesehatan Islam yang memiliki 16 rumah sakit permanen, sembilan pusat kesehatan, dan tiga rumah sakit berjalan yang beroperasi di seputar Lebanon. Dua organisasi lainnya adalah Lembaga bagi Korban Luka, yang khusus aktif membantu rehabilitasi korban perang, serta Institusi Filantropik dan Sosial bagi Para Syahid, yang menyantuni keluarga-keluarga korban perang.
Dengan uraiannya yang sangat komprehensif, tidak mengherankan bila majalah Foreign Affairs menyebut karya Qassem ini sebagai acuan paling lengkap dan baik ihwal Hizbullah. Buku ini memperlihatkan benar keyakinan para pemimpin Hizbullah untuk mencapai tujuannya membangun negara Islam lewat langkah-langkah yang ditempuhnya hingga kini.
ERWINY.SALIM
No comments:
Post a Comment