
SISI KEHIDUPAN PEREMPUAN ARAB
Buku ini adalah sebuah kisah nyata yang ditulis dengan cukup memikat
dalam bentuk novel sehingga pembacanya dapat merasakan emosi dari
masing-masing tokoh dalam buku ini
(Edy Firmansyah, Media Indonesia, 12 April 2008)
dalam bentuk novel sehingga pembacanya dapat merasakan emosi dari
masing-masing tokoh dalam buku ini
(Edy Firmansyah, Media Indonesia, 12 April 2008)
Membicarakan penindasan terhadap perempuan memang tak akan pernah usai. Menurut sebuah riset, setiap 6 jam terjadi kasus perkosaan seksual terhadap perempuan. Belum lagi kasus yang tidak pernah disadari orang sebagai kasus yakni pelecehan seksual, tampaknya sudah menjadi kegiatan spontanitas yang dilakukan di mana-mana.
Parahnya kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, nyaris di semua negara mengalami hal serupa. Termasuk di Arab Saudi. Benarkah? Sepintas tudingan bahwa Arab Saudi merupakan negeri yang turut serta dalam penindasan terhadap perempuan diragukan.
Dalam tradisi Arab, seorang perempuan tidak diperkenankan membuka jilbab (baca: cadar) sejak menginjak masa puber. Nah, jilbab itulah yang menjadi perisai bagi perempuan dari 'tangan jail' laki-laki
Faktanya tidaklah demikian. Menurut Jean Sasson, penulis buku The Princess Sultana's Daughters ini, di balik jilbab yang serba ketat, perempuan Arab justru mengalami penderitaan akibat penindasan dari sistem patriarkat yang tak kalah pedihnya dengan penderitaan perempuan Indonesia yang cenderung pluralis.
Parahnya kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, nyaris di semua negara mengalami hal serupa. Termasuk di Arab Saudi. Benarkah? Sepintas tudingan bahwa Arab Saudi merupakan negeri yang turut serta dalam penindasan terhadap perempuan diragukan.
Dalam tradisi Arab, seorang perempuan tidak diperkenankan membuka jilbab (baca: cadar) sejak menginjak masa puber. Nah, jilbab itulah yang menjadi perisai bagi perempuan dari 'tangan jail' laki-laki
Faktanya tidaklah demikian. Menurut Jean Sasson, penulis buku The Princess Sultana's Daughters ini, di balik jilbab yang serba ketat, perempuan Arab justru mengalami penderitaan akibat penindasan dari sistem patriarkat yang tak kalah pedihnya dengan penderitaan perempuan Indonesia yang cenderung pluralis.
Sejatinya buku ini merupakan kelanjutan dari buku laris berjudul Princess: Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi. Jika buku pertama menggambarkan kehidupan masa kecil Putri Sultana, buku ini menggambarkankisah kehidupan anak-anak perempuannya dan perempuan Arab lain dalam nuansa ketatnya sistem patriarkat secara lebih personal. Buku ini adalah sebuah kisah nyata yang ditulis dengan cukup memikat dalam bentuk novel sehingga pembacanya dapat merasakan emosi dari masing-masing tokoh dalam buku ini
.
Edy Firmansyah, pengelola Sanggar Bermain Kata (SBK) .
No comments:
Post a Comment