Tuesday, March 25, 2008


DIBALIK SOSOK SANG MAESTRO YANG MEMIMPIN 5 PERIODE

Greenspan meyakini bahwa inflasi adalah musuh terbesar dalam perekonomian sehingga harus diperangi (Iskandar Simorangkir, Seputar Indonesia, Maret 2008)



Alan Greenspan patut dinobatkan sebagai tokoh sentral perekonomian dunia. Sebagai Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve Bank AS) yang paling berhasil dalam sejarah AS, Greenspan secara jeli, tajam, dan akurat melaksanakan kebijakan moneter. Karena itu, tidak mengherankan setiap tindakan dan langkahnya ditunggu-tunggu semua pihak baik di AS ataupun seluruh dunia

Berkat ketajaman dan keakuratannya dalam mengelola kebijakan moneter, dia menduduki jabatan hingga lima periode,dar imasa pemerintahan Ronald Reagan hingga George W Bush. Dia tidak takut kehilangan jabatan dalam rangka mempertahankan kebijakan moneter yang menurutnya benar. Keteguhan hati tersebut ternyata mem-berikan hasil yang positif bagi kemaslahatan rakyat sehingga presiden yang tadinya menentang keras kebijakannya, berbalik mengakui eksistensinya. Catalan prestasi Alan yang menonjol antara lain keberhasilannya dalam mengatasi krisis pasar saham Black Monday di awal kepemimpinannya pada 1987, resesi akhir 2000 dan 2002, serta gejolak-ge j olak pasar keuangan.

Itulah beberapa penggalan cerita yang dituangkan dalam buku MAESTRO: Greenspan's Fed and The American Boom dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Alan Greenspan, Maestro Gubernur Bank Sentral Amerika: Sosok di Balik Gejolak Ekonomi Dunia. Buku ini mengupas secara lugas liku-liku dan sepak terjang Greenspan sebagai Gubernur Bank Sentral AS dari tahun 1987 hingga pengujung 2000.

Konflik dan intrik pembuat putusan di Bank Sentral AS diuraikan secara terbuka dan lugas. Banyak pelajaran yang dapat diperoleh dalam buku ini, tidak saja bermanf aat bagi bank sentral, tetapi juga bagi pemerintah, pelaku bisnis, dunia akademis, dan masyarakat umum.

Anti-lnflasi

Greenspan meyakini bahwa inflasi adalah musuh terbesar dalam perekonomian sehingga harus diperangi. Inflasi diperlukan sebagai necessary condition bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Maka itu, tugas bank sentral seharusnya difokuskan menjaga inflasi yang rendah karena setiap godaan bank sentral dalam mendorong pertumbuhan akan dapat memicu inflasi. Keyakinan tersebut tidak hanya diyakini secara teori, tetapi juga dalam praktik.

Pengalaman resesi perekonomian AS disertai inflasi tinggi yang terjadi awal 1970-an telah memorakporandakan perekonomian AS, bahkan juga menyeret perekonomian dunia ke dalam resesi. Ketidakdisiplinan fiskal, peningkatan harga minyak,dan ketidakmampuan memotong peningkatan ekspektasi inflasi pada masa tersebut telah mengakibatkan harga-harga membumbung tinggi. Meroketnya harga-harga tersebut telah meningkatkan risiko usaha dan mengurangi daya beli masyarakat sehingga pada lanjutannya menimbulkan kebangkrutan usaha, dan pada akhirnya meningkatkan pengangguran dan kemiskinan.

Keteguhannya terhadap anti-inflasi tidak pernah tergoyahkan walaupun menghadapi tekanan dari pemerintah. Keinginan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sesaat, khususnya lagi menjelang pemilu selalu ditentang karena dapat membahayakan perekonomian dalam jangka panjang.

Teguhnya prinsip memelihara inflasi yang rendah tersebut bahkan tidak jarang membuat presiden jengkel dan marah terhadapnya. Ekspresi kejengkelan tersebut pernah diungkapkan Presiden Clinton. Sambil menunggu kedatangan Greenspan dalam pertemuan di Gedung Putih, di depan tim ekonominya, Clinton menyindir sambil meniru gaya Greenspan:

berbicara dengan suara berat dan bermuka muram sambil bersenandung, "Inflasi ! Inflasi! Semua penting. Inflasi merupakan pusat kehidupan. Inflasi! Inflasi!"

Independen Bertanggung Jawab

Greenspan selalu menjunjung amanat independensi yang diberikan kepada Federal Reserve Bank AS. Dia meyakini independensi membuat bank sentral akan dapat bekerja lebih efektif dalam mencapai tujuannya sehingga terlepas dari kepentingan politik sesaat. Walaupun dia pengikut dan dipilih Partai Republik, dia tidak mau tunduk terhadap intervensi yang dilakukan partainya. Intervensi yang dianggapnya membahayakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan selalu ditolak. Prinsipnya, kemakmuran rakyat adalah segala-segalanya, bukan kepentingan partai atau kepentingan sekelompok tertentu. Ini dapat dijadikan pelajaran bagi Bank Indonesia, walaupun harganya sangat mahal, seperti pengunduran diri, bahkan hingga masuk penjara Greenspan tidak gentar kehilangan jabatan dalam rangka mempertahankan kebenaran yang didasarkan fakta-fakta yang kuat. Beberapa fakta tersebut ditunjukkan dalam buku ini, seperti pada masa pemerintahan Bush Senior, Direktur Anggaran dan Menteri keuangan Brady selalu menekan Greenspan untuk menurunkan suku bunga agar Presiden Bush Senior terpilih kembali pada Pe¬milu 1992, tetapi Greenspan tidak pernah goyah pada pendiriannya. Demikian pula ketika Clinton akan mengikuti pencalonan presiden kembali pada 1996, dia tidak gentar menaikkan suku bunga Fed fund, padahal tekanan tidak menaikkan bahkan menurunkan suku bunga sangat besar dari pemerintah dan tim ekonominya.

Independensi juga tidak diartikan sempit oleh Greenspan. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa independensi bagaikan negara dalam negara. Independensi memerlukan interpedensi. Hal tersebut ditunjukkan sikapnya yang tidak jarang menerima masukan dari berbagai pihak untuk mempertajam kebijakan, tetapi tidak untuk mengubah kebijakan. Jika diperlukan, kadang kala Greenspan menginformasikan mengenai rencana kenaikan suku bunga dengan presiden. Namun, pertemuan tersebut lebih banyak dimaksudkan untuk pemahaman mengapa perubahan kebijakan moneter diperlukan terhadap ekonomi.

Selain kaya dengan ilmu pengetahuan, isi buku ini juga kaya dengan pesan moral yang patut dicontoh pejabat di Indonesia. Salah satu prinsip tersebut adalah memegang teguh kebenaran yang didasarkan fakta yang komprehensif. Namun, kebenaran di sini dimaksudkan bukan kebenaran parsial atau kebenaran individual dan kelompok tertentu saja atau kebenaran yang mengangkat rasa nasionalisme sempit, melainkan kebenaran untuk menyejahterakan rakyat banyak. Penanggulangan permasalahan masih tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran serta meroketnya harga-harga yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini dapat becermin dari kebijakan yang didasarkan kebenaran yang diuraikan dalam buku ini. (*)

*)Iskandar Simorangkir, peneliti senior diPPSKBI dan
pengajarPascasarjana UPH


No comments:

Twitter Facebook

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes