Wednesday, February 13, 2008



KISAH TRAGIS DIBALIK KEMAJUAN CHINA


Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan penjelasan di atas, buku Chen dan Wu ini memperlihatkan sebuah penolakan terhadap kebangkitan Cina. Buku ini adalah penawar terhadap berbagai gembar-gembor dukungan yang dilakukan oleh banyak pakar Cina belakangan ini. Chen dan Wu menyajikan pandangan dari bawah, dan sisi gelap, kekuatan ekonomi Cina (Koran Tempo, 10-2-2008)



Cina kini memegang posisi strategis dalam pertarungan ekonomi dan polltik global. Penetrasi negara itu terlihat dengan menjamurnya produk Cina di berbagai belahan dunia. Tak terkecuali Indonesia. Lihat saja, berbagai produk yang tersebar di negara ini pasti mayoritas berlabel "Made in China".

Suatu ketika, tatkata Cina masih tertinggal dari negara lain, Deng Xiaoping berujar, "Kucing hitam atau kucing putih, yang penting adalah kucing yang bisa menangkap tikus.'? Kata tersebut bisa ditafsirkan bahwa Cina sudah tidak mempersoalkan ideologi apa pun, yang penting mampu mengangkat harga dirinya.

Michael Potter, penulis Competitive Advantage of Nation (1990), mengatakan perubahan drastis Cina dikarenakan mereka memiliki kultur produktivitas. Kultur ini bangkit dari luapan memori masa lalu yang suram manakala Cina kalah dalam Perang Candu pada 1840. Cina tak kuasa menahan gempuran kapitalisme intemasipnal yang digalang ne-gara-negara Barat.

Perang ini benar-benar memberi pelajaran penting bagi Cina, sehingga muncul semangat bersaing dan tak ingin dipermalukan untuk kedua kalinya. Hasilnya, Cina sekarang bukan lagi negara yang terisolasi, bukan lagi negara gagap teknologi.

Ada lima faktor yang menunjang sukses Cina, yakni desentralisasi, "marketisasi", diversirikasi kepemilikan, liberalisasi, dan internasionalisasi. Desentralisasi yang dilakukan Cina terutama dalam hal kontrol politik. Pemimpin desa yang dulu ditunjuk partai kini dipilih warga desa.

Peraih Nobel Joseph Stiglizt dalam bukunya Globalization and /ts Discontent menyatakan, untuk mencapai stabilitas dan pertumbuhan, Cina mendahulukan kompetisi perusahaan-perusahaan baru dan lapangan kerja, sedangkan privatisasi dan restrukturisasi .dari perusahaan ditunda.

Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan penjelasan di atas, buku Chen dan Wu ini memperlihatkan sebuah penolakan terhadap kebangkitan Cina. Buku ini adalah penawar terhadap berbagai gembar-gembor dukungan yang dilakukan oleh banyak pakar Cina belakangan ini. Chen dan Wu menyajikan pandangan dari bawah, dan sisi gelap, kekuatan ekonomi Cina

Dalam buku ini, Anda akan menemukan karakter-larakter yang tidak punya suara dalam hiruk-pikuk kebangkitan Cina. Fakta-fakta yang disampaikan di sini hampir tanpa kecuali dikumpulkan dari "wilayah-wilayah terlarang" yang menakutkan. Di wilayah ini terjadi kasus-kasus kejahatan besar di berbagai wilayah pedesaan, kasus-kasus yang telah memperingatkan Komite Pusat Partai Komunis mengenai apa yang telah disembunyikan rapat-rapat dari publik.

Buku Chen dan Wu juga membantu kita memandang kebijakan Komunis terbaru dalam perspektif yang sebenarnya. Chen dan Wu mengambil bahan buku mereka dari kampung halaman mereka, Provinsi An-hui Sebuah provinsi termiskin di Cina.. Bertahun-tahun setelah sebagian besar Cina terbuka bagi pelancong Barat, orang asing dilarang mendatangi Anhui karena pemerintah tidak ingin mereka melihat kemiskinan di sana

Buku setebal 362 halaman ini merupakan kumpulan cerita nyata yang ditulis oleh sepasang suami-istri. Mereka nekat menulis dan mempublikasikan kisah-kisah yang menggambarkan kebobrokan pemerintah wilayah yang tidak berpihak kepada petani kecil.

Berkat kaiyanya itu, kedua penulis Chen Guidi dan Wu Chuntao mendapat penghar-gaan dari Contemporary Age sebagai reportase yang inovatif. Buku ini sempat dilarang beredar di Cina karena dianggap sebagai provokator untuk rakyat memberontak dan membenamkan citra Cina di mata dunia.

Buku ini bercerita, di balik semua kesuksesan pembangunan, ternyata praktek otoriter, premanisme, penindasan, dan nepotisme merebak di desa-desa dan yang menjadi korbannya adalah para petani. Diceritakan juga perjuangan para petani dalam mem-perjuangkan keadilan dan nasib mereka di tengah-tengah penindasan fisik dan impitan pajak yang melambung.

Keunggulan utama buku ini terletak pada keberaniannya menyingkap borok yang terdapat di Cina. Sebuah provinsi yang saking miskinnya hingga tidak boleh dikunjungi pihak luar kini akhirnya menjadi konsumsi publik karena keberanian Chen dan Wu,

Tidak kecil masalah yang mereka hadapi akibat menerbitkan buku ini edisi resminya dilarang beredar di Cina, ' salah satu bab yang membahas "kejahatan" seorang pejabat membuat mereka dikenai tuduhan pencemaran nama baik dan dimejahijaukan, ru- < mah mereka dilempari batu oleh orang-orang tak dikenal selama lebih dari 20 hari berturut-turut, dan petugas keamanan tidak menghiraukan permintaan mereka untuk dilindungi. Chen Guidi juga disuruh mengundurkan diri dari pekerjaannya.

Satu hal lain yang menjadikan China Undercover enak dilahap adalah gaya penyampaiannya yang sastrawi. Fakta-fakta disampaikan dengan ermainan plot, deskripsi, yang benar-benar mendekatkan pembaca dengan latar belakang dan tokoh-tokoh cerita, serta rekonstruksi dialog yang semakin memudahkan pembaca mcmbavangkan musibah yang menimpa para petani tersebut. Revolusi Cina yang dideangang-dengungkan sebagai bentuk reformasi ternyata merupakan bencana bagi mayoritas masyarakat Cina

No comments:

Twitter Facebook

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes