Atlantis, benua yang hilang, hingga kini masih misterius. Meskipun manusia sudah mencari sisa-sisa keberadaan kota ini selama ratusan tahun dan lebih ribuan buku mengenai Atlantis diterbitkan, sayangnya, tidak ada satu pun yang bisa memastikan di mana letak Atlantis. Jika merujuk pada pendapat Plato yang memunculkan isu Atlantis, benua ini memiliki beberapa cirri-ciri. Atlantis negara makmur yang bermandi Matahari sepanjang waktu.
Plato juga menceritakan negara Atlantis yang kaya dengan bahan mineral serta memiliki sistem bercocok tanam yang sangat maju. Dasar mandi matahari berarti Atlantis dijadikan alasan bagi para ilmuwan benua ini berada di khatulistiwa. Buku paling anyar mengenai Atlantis yang ditulis oleh Arysio Nunes dos Santos, seorang ilmuwan Brasil, juga mengarah ke sana. Dalam bukunya, Atlantis, The Lost Continent Finally Found, Santos ingin menunjukkan bahwa Atlantis yang pernah disebutkan oleh Plato dalam buku Timaeus dan Critias berada di Indonesia yang bermandikan surya.
Ia mengatakan Atlantis benua yang hilang itu berada di wilayah Indonesia dan sebagian Malaysia yang dikenal dengan Paparan Sunda atau Sundaland. Santos, dalam kesimpulannya, mengatakan pilar Hercules sebagai Selat Sunda dan Taprobane sebagai benua Atlantis meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Pilar Hercules dan Taprobane adalah dua di antara ciri-ciri Atlantis yang hilang seperti diceritakan oleh Plato.
Dalam konteks Paparan Sunda, Taprobane digambarkan kaya dengan emas, batu mulia, dan berbagai macam binatang. Di sini pula terdapat kota langka tempat ibu kota Kerajaan Atlantis. Sejauh ini memang Atlantis masih misterius, baik letak maupun keberadaannya. Ada yang berpendapat benua yang hilang ini berada di Laut Tengah antara Libia dan Turki. Ada juga yang mengatakan Atlantis berada di dekat Portugal, yaitu Kepulauan Azores yang berada 1.500 km sebelah barat pantai Portugal.
Santos mengatakan Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan dari India bagian selatan, Sri Lanka, dan Paparan Sunda. Dalam keyakinannya, benua menghilang akibat letusan beberapa gunung berapi yang terjadi bersamaan pada akhir zaman es sekitar 11.600 tahun lalu. Gunung besar yang meletus zaman itu adalah Gunung Krakatau Purba.
Gunung ini merupakan induk dari Gunung Krakatau sekarang ini yang mampu menenggelamkan Atlantis. Gunung ini menimbulkan gempa, pencairan es, banjir, serta gelombang tsunami sangat besar. Akibat ledakan, terbentuklah Selat Sunda. Peristiwa itu juga mengakibatkan tenggelamnya sebagian permukaan Bumi yang dulu disebut Atlantis. Bencana mahadahsyat membuat punah 70 persen spesies mamalia yang hidup pada masa itu.
Bahkan ribuan manusia tewas dan sisanya berpencar dengan membawa peradaban mereka di wilayah baru. Santos menelusuri lokasi Atlantis berdasarkan pendekatan ilmu geologi, astronomi, paleontologi, arkeologi, linguistik, etnologi, dan mithologi meski ia tidak pernah datang ke Indonesia. Santos juga membangun teori berdasarkan linguistik dari bahasa Dravida yang menurut teorinya merupakan bahasa yang digunakan penduduk Atlantis berdasarkan temuan linguistik dan arkeologi.
Kini, dengan buku baru karangan Stephen Oppenheimer, Eden in The East, paparan Santos mendapat argumentasi kuat meski Oppenheimer tidak bertutur tentang Atlantis. Buku Eden in The East, berdasarkan isinya, tampak mendukung teori yang dikemukakan Santos yang menyebutkan Asia Tenggara sebagai pusat peradaban kuno dunia dan Atlantis yang hilang berada di Paparan Sunda lewat beberapa teori DNA, linguistik, etnografi , dan arkeologi.
hay/L-1
Plato juga menceritakan negara Atlantis yang kaya dengan bahan mineral serta memiliki sistem bercocok tanam yang sangat maju. Dasar mandi matahari berarti Atlantis dijadikan alasan bagi para ilmuwan benua ini berada di khatulistiwa. Buku paling anyar mengenai Atlantis yang ditulis oleh Arysio Nunes dos Santos, seorang ilmuwan Brasil, juga mengarah ke sana. Dalam bukunya, Atlantis, The Lost Continent Finally Found, Santos ingin menunjukkan bahwa Atlantis yang pernah disebutkan oleh Plato dalam buku Timaeus dan Critias berada di Indonesia yang bermandikan surya.
Ia mengatakan Atlantis benua yang hilang itu berada di wilayah Indonesia dan sebagian Malaysia yang dikenal dengan Paparan Sunda atau Sundaland. Santos, dalam kesimpulannya, mengatakan pilar Hercules sebagai Selat Sunda dan Taprobane sebagai benua Atlantis meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Pilar Hercules dan Taprobane adalah dua di antara ciri-ciri Atlantis yang hilang seperti diceritakan oleh Plato.
Dalam konteks Paparan Sunda, Taprobane digambarkan kaya dengan emas, batu mulia, dan berbagai macam binatang. Di sini pula terdapat kota langka tempat ibu kota Kerajaan Atlantis. Sejauh ini memang Atlantis masih misterius, baik letak maupun keberadaannya. Ada yang berpendapat benua yang hilang ini berada di Laut Tengah antara Libia dan Turki. Ada juga yang mengatakan Atlantis berada di dekat Portugal, yaitu Kepulauan Azores yang berada 1.500 km sebelah barat pantai Portugal.
Santos mengatakan Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan dari India bagian selatan, Sri Lanka, dan Paparan Sunda. Dalam keyakinannya, benua menghilang akibat letusan beberapa gunung berapi yang terjadi bersamaan pada akhir zaman es sekitar 11.600 tahun lalu. Gunung besar yang meletus zaman itu adalah Gunung Krakatau Purba.
Gunung ini merupakan induk dari Gunung Krakatau sekarang ini yang mampu menenggelamkan Atlantis. Gunung ini menimbulkan gempa, pencairan es, banjir, serta gelombang tsunami sangat besar. Akibat ledakan, terbentuklah Selat Sunda. Peristiwa itu juga mengakibatkan tenggelamnya sebagian permukaan Bumi yang dulu disebut Atlantis. Bencana mahadahsyat membuat punah 70 persen spesies mamalia yang hidup pada masa itu.
Bahkan ribuan manusia tewas dan sisanya berpencar dengan membawa peradaban mereka di wilayah baru. Santos menelusuri lokasi Atlantis berdasarkan pendekatan ilmu geologi, astronomi, paleontologi, arkeologi, linguistik, etnologi, dan mithologi meski ia tidak pernah datang ke Indonesia. Santos juga membangun teori berdasarkan linguistik dari bahasa Dravida yang menurut teorinya merupakan bahasa yang digunakan penduduk Atlantis berdasarkan temuan linguistik dan arkeologi.
Kini, dengan buku baru karangan Stephen Oppenheimer, Eden in The East, paparan Santos mendapat argumentasi kuat meski Oppenheimer tidak bertutur tentang Atlantis. Buku Eden in The East, berdasarkan isinya, tampak mendukung teori yang dikemukakan Santos yang menyebutkan Asia Tenggara sebagai pusat peradaban kuno dunia dan Atlantis yang hilang berada di Paparan Sunda lewat beberapa teori DNA, linguistik, etnografi , dan arkeologi.
hay/L-1
No comments:
Post a Comment