Wednesday, February 10, 2010

INDONESIA, “THE TRULY ATLANTIS

Apabila Malaysia berjaya mempromosikan dirinya sebagai The Truly Asia, sudah sepantasnya Departemen Kebudayaan dan Pariwisa Republik Indonesia juga berani mengabarkan kepada seluruh dunia dalam agenda promosi pariwisatanya perihal Indonesia sebagai The Truly Atlantis. Kenapa tidak?(M.Harya Ramdhoni, Lampung Post, Februari 2010)

"Atlantis berada di kawasan tropis pada zaman es Pleistosen, berlimpah sumber daya alam, . seperti timah, tembaga, seng, perak, emas, berbagai macam buah-buahan, padi, rempah-rempah, gajah raksasa, hutan dengan berbagai jenis pohon, sungai, danau dan saluran irigasi." (Plato & Prof. Arysio Santos, Ph.D). Barangkali tak pernah terlintas di benak kita bahwa Pulau Taprobane (nama purba Pulau Sumatera) yang kita diami ini merupakan pusat peradaban besar Atlantis di masa lalu. Di dalam kitab suci agama Hindu tertulis tentang pulau-pulau emas dan intan yang terletak di Swarnadwipa (Sumatera) dan Jambudwipa (Jawa). Legenda kuno Yunani ternyata juga mengenal riwayat pulau-pulau emas tersebut dalam beragam mitologinya.
Kisah kehidupan umat manusia dengan peradaban super maju yang merupakan awal semua peradaban umat manusia di serata dunia. Surga di bumi yang disebut oleh berbagai Tradisi Suci dunia. Setelah melakukan penelitian selama 30 Tahun dan mene-mukan bukti-bukti yang meyakinkan, Prof. Arysio Santos, Ph.D. memastikan kepada dunia bahwa situs Atlantis adalah Indonesia.
Prof. Santos menggunakan pendekatan geologi, fisika, dan pemahaman literer terhadap berbagai kitab suci seperti Weda dan Injil untuk memastikan temuannya tersebut. Selama 30 Tahun pula Profesor Geologi dan Fisika Nuklir dari Brasil ini mengonfirmasi kebenaran kitab suci dan mitologi sambil mengawinkan sains dan agama demi mengungkap ra-hasia di balik lenyapnya kekai-saran dunia yang diyakini merupakan sumber segala peradaban besar.

Ciri-ciri Atlantis yang dicatat Plato dalam dua dialognya berjudul Timaeus dan Critias secara mengejutkan, sangat cocok dengan kondisi geografis Indonesia. Atlantis adalah negeri tropis berlimpah mineral dan kekayaan hayati. Namun kemudian, segala kemewahan itu lenyap tersapu bencana mahabesar yang memisahkan Jawa dari Sumatera serta menenggelamkan lebih dari separuh wilayah nusantara. Gunung berapi Krakatau menjadi sumber bencana global tersebut yang diperki-rakan terjadi 11.600 tahun yang lalu. Pada masa yang amat jauh dan tidak terpikirkan itu, letusan gunung berapi Krakatau menimbulkan rentetan gempa dan tsunami maha dahsyat seratus kali lebih besar dari bencana Aceh 2004. Bencana tersebut mengakhiri Zaman Es yang berlaku 75 ribu tahun sebelumnya.

Beberapa kitab suci menyebut bencana itu sebagai banjir semesta. Prof. Santos dalam buku ini secara meyakinkan menunjuk barisan kepulauan Indonesia yang berjumlah 18 ribu pulau sebagai sisa daratan dan pegunungan benua Atlantis yang hilang 11.600 tahun lalu. Melalui penelitian panjang dan melelahkan, Prof. Santos menemukan adanya keseru-paan dalam semua cerita mistis tentang asal-usul serta ilmu pengetahuan dan kebudayaan di hampir semua peradaban. Sebagai contoh sederhana, arsitektur bangunan bergaya piramida bisa kita temukan di Candi Sukuh, Jawa Tengah, piramida Mesir, serta piramida suku bangsa Maya dan Inca di mana struktur ketiga bangun-an tersebut merujuk kepada Gunung Krakatau.

Membaca buku ini dengan segala kelebihan dan kekurangannya akan mengubah cara pandang kita tentang sejarah umat manusia, agama, antropologi, dan bidang-bidang humaniora lainnya. Lalu mengapa selama ribuan tahun riwayat tentang Atlantis sebagai "surga bumi" sepertinya lenyap begitu saja? Prof. Santos memaparkan sejatinya kisah-kisah Atlantis tidak sepenuhnya melenyap. Kisah-kisah mengenai kekai-saran benua itu dipelihara sebagai mitos yang secara salah diwariskan kepada umat manusia. Apabila eksis-tensi Atlantis yang sebenar-nya berada di Hindia Timur (Indonesia), pihak imperialis Barat sengaja memalsukan hikayat itu dengan menyebut merekalah (Barat) sisa Tama-dun Atlantis yang hilang.

Sementara itu pelaut-pelaut ulung kaum imperialis sejak abad ke-15 telah membawa "pesan rahasia" Atlantis tatkala mereka menjelajahi dunia timur. Pendek kata, Barat secara munafik mempromosikan dirinya sebagai muasal peradaban dunia sambil menyembunyikan perihal si; Atlantis sebenarnya di kepulauan nusantara. Sementara mereka dengan rakusnya melahap sisa-sisa "tujuh pulau emas dan intan" dalam ekspedisi kolonial selama lebih dari 400 tahun.
Inilah bentuk konkret kuasa pengetahuan di Barat apabila kita menyitir sedikit pendapat Michel Foucault Kemudian, apa yang bisa dipetik Indonesia dengan kemunculan buku ini? Kami mengusulkan pemerintah mesti memanfaatkan temuan fenomenal Prof. Santos sebagai sarana untuk mempromosikan Tamadun dan pariwisa Indonesia sebagai Ibunda Tamadun umat manusia.

Apabila Malaysia berjaya mempromosikan dirinya sebagai The Truly Asia, sudah sepantasnya Departemen Kebudayaan dan Pariwisa Republik Indonesia juga berani mengabarkan kepada seluruh dunia dalam agenda promosi pariwisatanya perihal Indonesia sebagai The Truly Atlantis. Kenapa tidak?

M. Harya Ramdho Julizarsya
staf pengajar FISIP Unila
kandidat Ph.D. Ilmu Politik
Universitas Kebangsaan, Malaysia

No comments:

Twitter Facebook

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes