
Gbr.1 Ilham "Obama" menyemangati salah satu korban gempa Sum-Bar

Gbr.2 Ilham "Obama" memeriahkan suasana di La Codefin-Jakarta
OBAMA KAYA RAYA ??
Obama kaya raya ? Itu kata orang. Lagipula jika Anda mengganggap Obama kaya raya dan banyak uang Anda akan terbentur pada dua pertanyaan, Pertama, Darimana sumber informasinya ? Kedua, Obama yang mana ya ?
Jika Barack Obama yang Anda maksud, maka anggapan tersebut tidak perlu diragukan lagi. Jika yang Anda maksudkan adalah Ilham “Obama” Anas maka Anda perlu berfikir ulang. Mengapa ? Karena dari sekian banyak tawaran iklan, undangan, memandu acara dan sejenisnya, Ilham “Obama” Anas tidak mengenakan “honor”.
Tidak percaya ?
Bagi Anda yang mengunjungi La Codefin Cafe di bilangan Kemang, Jakarta Selatan hari Jumat (30/10.2009) Pk.20.30 WIB tentu akan mengerti. Mengapa ? Karena cafe yang menjadi barometer hang out remaja, ekspatriat dan eksekutif muda “buang receh” tersebut digelar acara haru untuk membantu dan mengumpulkan segala daya upaya untuk membantu korban gempa Sumatera Barat yang (masih) tertimpa musibah dan (masih) menderita hingga saat ini.
Acara amal yang digelar oleh volunteer-volunteer tersebut digelar secara sukarela. Acara yang digelar pada Pk.20.00 WIB tersebut dihadiri oleh Five Minutes, penyanyi Astrid dan lain sebagainya. Tidak ketinggalan pula Ilham “Obama” Anas yang datang beserta tim pendukungnya di acara tersebut.
“ Wah..gile mas. Macet di mana mana,” ucap Ilham “Obama” Anas sambil menenteng jas yang masih berada dalam selimut dan mengepulkan asap rokok favoritnya ke Ufuk Publishing House. “ Sebentar ya mas, saya langsung ketemu ama panitianya dulu,” lanjut Ilham sambil menyeka kulitnya yang dibanjiri keringat.
Acara yang digelar tersebut tersebut mulai berlangsung. Mulai dari pembacan sajak dan pagelaran musik khas Sumatera Barat hingga tampilnya Astrid, Five Minutes dan lain sebagainya. “ Eh..sebentar-sebentar. Acara yang kita gelar ini ternyata juga dihadiri oleh orang nomer satu loh!” ujar pembawa acara dengan lantang. “ Siapa maksud loe ? SBY ?“ balas rekannya. “ Bukan..katanya Obama..psst..Obama loh,” jawab sang pembawa acara. Lalu Ilham “Obama” datang masuk sembari melambai-lambaikan tangan khas ala Obama. Setelah memberi kalimat-kalimat penyemangat serta kalimat empati untuk membangkitkan kepedulian pada masyarakat Sumatera Barat lantas Ilham “Obama” pun beristirahat sejenak.
“ Cape mas?” tanya saya. “ Ya..lumayan,” balas Ilham “Obama”.
“ Berangkat ham berapa dari kantor?” tanya Ufuk Publishing House. “Abis pulang kantor aja mas. Langsung buru buru ke sini. Was-was juga kalo gak keburu,” ujar Ilham
“Mas mau minta apa saya traktir deh,” ucap Ilham Obama
” Oh tidak mas makasih. Kebetulan ada undangan sebelum kesini jadi sudah cukup kenyang,” ucap kami diplomatis.
“ Dari raut wajah mas, kelihatannya capai sekali ya. Apalagi minggu kemarin mas full gak ada libur. Gak capai mas?” tanya kami.
“ Capai mas. Tapi kami bawa enjoy aja. Kalo di bawa terlalu dalam gak ada habisnya. Yang paling membuat lelah dan deg-degan itu kalo sampai di lokasi undangan harus on time jam sekian. Padahal saya kan harus professional dengan pekerjaan utama saya sebagai fotografer. Kadang sore sore di kantor lagi sibuk banget. Tapi saya berusaha gak kecewakan pengundang. Undangan apapun kami layani selama cocok waktunya. Makanya kami bekerja seprofessional di kantor selama jam kerja lalu berusaha on time ke undangan-undangan meski harus tak sempat beristirahat,” lanjurnya sambil bersandar di sofa empuk melepas lelah.
“ Bener gak sih mas kalo profesi sebagai impersonator Obama menghasilkan banyak melimpah penghasilannya?” tanya kami.
“Kata siapa mas ? Kesini aja kami rela gak dibayar. Transport juga sendiri. Padahal dari kantor loh (kebon jeruk—red). Tapi kadang dapat honor tapi gak banyak. Yang penting bisa memenuhi permintaan orang orang untuk hadir,” sembari mata sayu lelahnya menemani obrolan kami berdua.
“ Setelah ini undangan darimana lagi mas?” tanya kami
“ Minggu ini (1/11/2009) saya ke Cina. Ada undangan dari Greenpeace China untuk syuting pembuatan materi kampanye perubahan iklim,” lanjut Ilham “Obama”
“ Asyik dong. Bisa jalan-jalan? “ tanya kami. “Jalan-jalan apa mas ? Lama penerbangan ke Cina ajam sekitar 11 jam. Selasa dini hari saya sudah ada di Jakarta. Paginya saya harus kerja ke kantor lagi. Mana sempat jalan-jalan, “ jelas Ilham “Obama”
“ Wah..salut deh mas. Saya gak sangka semua yang mas kerjakan mas kerjakan semua dengan ikhlas tanpa kenal lelah. Mungkin tidak semua orang mau “seikhlas” mas,” ucap kami.
“ Ah..biasa aja mas. Ayo mas makan atau minum atuh, “ celetuk Ilham spontan. Celetukannya kadang terpotong oleh permintaan pengunjung untuk foto bersama meski saya faham pasti sang Obama ini lelah sekali. Toh di tengah kelelahannya ia masih nampak berusaha keras tersenyum untuk membagikan kebahagiaan dengan orang lain yang mengalami keringnya kebahagiaan di tempat tersebut.
“ Terima kasih banyak mas. Udah mau mampir nengok saya. Hatur nuhun pisaan. “ ucapnya mengiringi kami pergi meninggalkan lokasi yang membuat temaram makin lelah oleh hingar bingar.
Tersayup di kejauhan kami mendengar nama “Obama....Obama !!!” diteriakkan dengan penuh sukacita oleh pembawa acara. Kembali, kami teringat wajah tulus yang harus berjibaku keras dengan kelelahan tanpa akhir.
Kami hanya bisa menarik napas panjang sambil meninggalkan malam menuju peraduan
Reported by Muhammad Sadan
Jika Barack Obama yang Anda maksud, maka anggapan tersebut tidak perlu diragukan lagi. Jika yang Anda maksudkan adalah Ilham “Obama” Anas maka Anda perlu berfikir ulang. Mengapa ? Karena dari sekian banyak tawaran iklan, undangan, memandu acara dan sejenisnya, Ilham “Obama” Anas tidak mengenakan “honor”.
Tidak percaya ?
Bagi Anda yang mengunjungi La Codefin Cafe di bilangan Kemang, Jakarta Selatan hari Jumat (30/10.2009) Pk.20.30 WIB tentu akan mengerti. Mengapa ? Karena cafe yang menjadi barometer hang out remaja, ekspatriat dan eksekutif muda “buang receh” tersebut digelar acara haru untuk membantu dan mengumpulkan segala daya upaya untuk membantu korban gempa Sumatera Barat yang (masih) tertimpa musibah dan (masih) menderita hingga saat ini.
Acara amal yang digelar oleh volunteer-volunteer tersebut digelar secara sukarela. Acara yang digelar pada Pk.20.00 WIB tersebut dihadiri oleh Five Minutes, penyanyi Astrid dan lain sebagainya. Tidak ketinggalan pula Ilham “Obama” Anas yang datang beserta tim pendukungnya di acara tersebut.
“ Wah..gile mas. Macet di mana mana,” ucap Ilham “Obama” Anas sambil menenteng jas yang masih berada dalam selimut dan mengepulkan asap rokok favoritnya ke Ufuk Publishing House. “ Sebentar ya mas, saya langsung ketemu ama panitianya dulu,” lanjut Ilham sambil menyeka kulitnya yang dibanjiri keringat.
Acara yang digelar tersebut tersebut mulai berlangsung. Mulai dari pembacan sajak dan pagelaran musik khas Sumatera Barat hingga tampilnya Astrid, Five Minutes dan lain sebagainya. “ Eh..sebentar-sebentar. Acara yang kita gelar ini ternyata juga dihadiri oleh orang nomer satu loh!” ujar pembawa acara dengan lantang. “ Siapa maksud loe ? SBY ?“ balas rekannya. “ Bukan..katanya Obama..psst..Obama loh,” jawab sang pembawa acara. Lalu Ilham “Obama” datang masuk sembari melambai-lambaikan tangan khas ala Obama. Setelah memberi kalimat-kalimat penyemangat serta kalimat empati untuk membangkitkan kepedulian pada masyarakat Sumatera Barat lantas Ilham “Obama” pun beristirahat sejenak.
“ Cape mas?” tanya saya. “ Ya..lumayan,” balas Ilham “Obama”.
“ Berangkat ham berapa dari kantor?” tanya Ufuk Publishing House. “Abis pulang kantor aja mas. Langsung buru buru ke sini. Was-was juga kalo gak keburu,” ujar Ilham
“Mas mau minta apa saya traktir deh,” ucap Ilham Obama
” Oh tidak mas makasih. Kebetulan ada undangan sebelum kesini jadi sudah cukup kenyang,” ucap kami diplomatis.
“ Dari raut wajah mas, kelihatannya capai sekali ya. Apalagi minggu kemarin mas full gak ada libur. Gak capai mas?” tanya kami.
“ Capai mas. Tapi kami bawa enjoy aja. Kalo di bawa terlalu dalam gak ada habisnya. Yang paling membuat lelah dan deg-degan itu kalo sampai di lokasi undangan harus on time jam sekian. Padahal saya kan harus professional dengan pekerjaan utama saya sebagai fotografer. Kadang sore sore di kantor lagi sibuk banget. Tapi saya berusaha gak kecewakan pengundang. Undangan apapun kami layani selama cocok waktunya. Makanya kami bekerja seprofessional di kantor selama jam kerja lalu berusaha on time ke undangan-undangan meski harus tak sempat beristirahat,” lanjurnya sambil bersandar di sofa empuk melepas lelah.
“ Bener gak sih mas kalo profesi sebagai impersonator Obama menghasilkan banyak melimpah penghasilannya?” tanya kami.
“Kata siapa mas ? Kesini aja kami rela gak dibayar. Transport juga sendiri. Padahal dari kantor loh (kebon jeruk—red). Tapi kadang dapat honor tapi gak banyak. Yang penting bisa memenuhi permintaan orang orang untuk hadir,” sembari mata sayu lelahnya menemani obrolan kami berdua.
“ Setelah ini undangan darimana lagi mas?” tanya kami
“ Minggu ini (1/11/2009) saya ke Cina. Ada undangan dari Greenpeace China untuk syuting pembuatan materi kampanye perubahan iklim,” lanjut Ilham “Obama”
“ Asyik dong. Bisa jalan-jalan? “ tanya kami. “Jalan-jalan apa mas ? Lama penerbangan ke Cina ajam sekitar 11 jam. Selasa dini hari saya sudah ada di Jakarta. Paginya saya harus kerja ke kantor lagi. Mana sempat jalan-jalan, “ jelas Ilham “Obama”
“ Wah..salut deh mas. Saya gak sangka semua yang mas kerjakan mas kerjakan semua dengan ikhlas tanpa kenal lelah. Mungkin tidak semua orang mau “seikhlas” mas,” ucap kami.
“ Ah..biasa aja mas. Ayo mas makan atau minum atuh, “ celetuk Ilham spontan. Celetukannya kadang terpotong oleh permintaan pengunjung untuk foto bersama meski saya faham pasti sang Obama ini lelah sekali. Toh di tengah kelelahannya ia masih nampak berusaha keras tersenyum untuk membagikan kebahagiaan dengan orang lain yang mengalami keringnya kebahagiaan di tempat tersebut.
“ Terima kasih banyak mas. Udah mau mampir nengok saya. Hatur nuhun pisaan. “ ucapnya mengiringi kami pergi meninggalkan lokasi yang membuat temaram makin lelah oleh hingar bingar.
Tersayup di kejauhan kami mendengar nama “Obama....Obama !!!” diteriakkan dengan penuh sukacita oleh pembawa acara. Kembali, kami teringat wajah tulus yang harus berjibaku keras dengan kelelahan tanpa akhir.
Kami hanya bisa menarik napas panjang sambil meninggalkan malam menuju peraduan
Reported by Muhammad Sadan
No comments:
Post a Comment