
CARA LAIN MEMANDANG HIDUP
The Road Less Traveled sendiri berarti jalan menuju kesempurnaan spiritualitas yang jarang ditempuh, dikontraskan Peck dengan jalan kedurjanaan yang dititi kebanyakan orang.
(Geger Riyanto, Koran Jakarta, Oktober 2009)
(Geger Riyanto, Koran Jakarta, Oktober 2009)
Hidup itu sulit, demikian M Scott Peck membuka buku The Road Less Traveled yang terbit pertama kali pada 1978. Buku ini yang membuat almarhum Peck dikenal sebagai psikiater yang mengambil jalan berbeda dengan teman-teman seprofesinya, jalan spiritualitas, jalan yang dapat dianggap melenceng ketika dipandang dari mazhab-mazhab ilmu psikologiyang mapan.
Tetapi inilah yang membuatnya dikenal di publik Amerika Serikat (Amerika). Menjelang dekade '80-an, masyarakat Amerika, dalam pengamatan kritikus Christoper Lasch, mengalami deradikalisasi drastis. Pergolakan politik yang luar biasa pada dekade '60-an, sedikit di antaranya, friksi yang keras di antara negara dan masyarakat sipil soal Perang Vietnam, mengkristalnya konflik antara ras kulit hitam dan kulit putih, hingga terbunuhnya Presiden Kennedy, membuat sebagian warga mencari ketenangan spiritual.
Para warga mengambil langkah mundur dari ranah publik yang berkecamuk, berputar ke ranah privatnya, ke urusan pengembangan kejiwaannya sendiri. Warga Amerika mulai beralih ke kebiasaan menyantap makanan sehat, mengambil kursus balet, menganut spiritualisme timur, dan lain-lain. Peck adalah bagian dari generasi yang mengalami deradikalisasi ini, sang psikiater banyak terinspirasi Sufisme, Buddhisme, Kristianitas, dan spiritualisme-spiritualisme lainnya.
Ungkapan Peck, hidup itu sulit, yang membuka buku The Road Less Traveled ini adalah ekspresi masyarakat Amerika, dan buku ini secara keseluruhan adalah upaya sang psikiater menawarkan filosofi kejiwaannya. Pandangan hidup, Weltanschauung, yang memandang kehidupan secara terbalik. The Road Less Traveled sendiri berarti jalan menuju kesempurnaan spiritualitas yang jarang ditempuh, dikontraskan Peck dengan jalan kedurjanaan yang dititi kebanyakan orang.
Dalam merumuskan Ihe Road Less Traveled, Peck mengombinasikan berbagai pendekatan psikologi, spiritualisme, dan pengalaman-pengalaman yang dihadapinya dalam profesi seorang psikiater maupun kehidupan pribadinya sebagai seorang ayah. Mengapa hidup ini sulit? Peck menjelaskan karena menghadapi persoalan hidup adalah proses yang menyakitkan. Penyakit kejiwaan awalnya adalah ketakutan seseorang menghadapi kenyataan hidup, tandas Peck. Sementara The Road Less Traveled didaki dengan keberanian mengha¬dapi hidup dengan segala kesulitannya, menempuh jalan yang berbukit itu menempa spiritualitas seorang manusia. Kedengarannya mudah, tetapi tantangan pertama adalah memalingkan leher yang terbelenggu baja kemalasan untuk menatap bergunung pekerjaan hidup yang belum diselesaikan
Peresensi adalah Geger Riyanto,
alumnus Sosiologi
Universitas Indonesia.
Tetapi inilah yang membuatnya dikenal di publik Amerika Serikat (Amerika). Menjelang dekade '80-an, masyarakat Amerika, dalam pengamatan kritikus Christoper Lasch, mengalami deradikalisasi drastis. Pergolakan politik yang luar biasa pada dekade '60-an, sedikit di antaranya, friksi yang keras di antara negara dan masyarakat sipil soal Perang Vietnam, mengkristalnya konflik antara ras kulit hitam dan kulit putih, hingga terbunuhnya Presiden Kennedy, membuat sebagian warga mencari ketenangan spiritual.
Para warga mengambil langkah mundur dari ranah publik yang berkecamuk, berputar ke ranah privatnya, ke urusan pengembangan kejiwaannya sendiri. Warga Amerika mulai beralih ke kebiasaan menyantap makanan sehat, mengambil kursus balet, menganut spiritualisme timur, dan lain-lain. Peck adalah bagian dari generasi yang mengalami deradikalisasi ini, sang psikiater banyak terinspirasi Sufisme, Buddhisme, Kristianitas, dan spiritualisme-spiritualisme lainnya.
Ungkapan Peck, hidup itu sulit, yang membuka buku The Road Less Traveled ini adalah ekspresi masyarakat Amerika, dan buku ini secara keseluruhan adalah upaya sang psikiater menawarkan filosofi kejiwaannya. Pandangan hidup, Weltanschauung, yang memandang kehidupan secara terbalik. The Road Less Traveled sendiri berarti jalan menuju kesempurnaan spiritualitas yang jarang ditempuh, dikontraskan Peck dengan jalan kedurjanaan yang dititi kebanyakan orang.
Dalam merumuskan Ihe Road Less Traveled, Peck mengombinasikan berbagai pendekatan psikologi, spiritualisme, dan pengalaman-pengalaman yang dihadapinya dalam profesi seorang psikiater maupun kehidupan pribadinya sebagai seorang ayah. Mengapa hidup ini sulit? Peck menjelaskan karena menghadapi persoalan hidup adalah proses yang menyakitkan. Penyakit kejiwaan awalnya adalah ketakutan seseorang menghadapi kenyataan hidup, tandas Peck. Sementara The Road Less Traveled didaki dengan keberanian mengha¬dapi hidup dengan segala kesulitannya, menempuh jalan yang berbukit itu menempa spiritualitas seorang manusia. Kedengarannya mudah, tetapi tantangan pertama adalah memalingkan leher yang terbelenggu baja kemalasan untuk menatap bergunung pekerjaan hidup yang belum diselesaikan
Peresensi adalah Geger Riyanto,
alumnus Sosiologi
Universitas Indonesia.
No comments:
Post a Comment