
ANGKAT MASALAH AKTUAL SECARA NAKAL
......setuju buku ini adalah ensiklopedi mini kehidupan sosial kita? "Setuju! Baca ini saja kalau mau update info terbaru dengan masyarakat kita," seru Zulfa
(Radar Jogja, Juni 2009)
(Radar Jogja, Juni 2009)
Tuntutan hidup saat ini sudah sedemikian tingginya. Waktu 24 jam dianggap kurang untuk mengembangkan bisnis dan usaha. Hasilnya, tidak ada waktu tersisa untuk mengamati fenomena sosial kemasyarakatan yang terjadi.
Rasanya wajar untuk merasa kasihan kepada golongan masyarakat seperti ini. Dinamika masyarakat dan isu sosial berkembang sangat cepat. Bila terlalu sibuk mengurusi pekerjaan, kita bisa ketinggalan berita!
Untungnya, ada cukup banyak penulis yang meluangkan waktu (atau sengaja menyediakan waktu) untuk memahami dan "mencatat" gejala perubahan sosial di masyarakat. Lewat karya mereka, kita yang ketinggalan bisa membaca "resume" perkembangan sosial melalui sebuah buku!
Beberapa buku hadir dengan packaging yang cukup catchy. Sengaja mengangkat isu yang dulunya dianggap tabu dengan cover yang "menantang dan gaya bahasa cenderung vulgar pembaca tentu pernah akrab dengan karya-karya semacam itu.
Tapi, seberapa dalam karya bombastis macam itu bisa menggambarkan keadaan yang sebenarnya ??
Jujurnya, tidak banyak yang bisa disampaikan kecuali celoteh nakal dan cerita yang hanya berpusat pada satu topik. Berangkat dari apatisme semacam itu, buku Miskin Tapi Sombong karya Iwan "Bung Kelinci" Sulistiawan lumayan mengejutkan. Isinya ringan, singkat, namun sarat makna. Yang paling penting, dia tidak terjebak pada vulgarisme dan ide-ide yang stagnan.
Hampir semua masalah sosial dipotretnya. Mulai dari kelakuan para pejabat yang korupsi, rendahnya kepedulian pada anak yatim, sampai budaya gengsi yang makin lama makin terlalu. Semua diceritakan dalam diksi yang sesederhana mungkin. Remeh tapi dalam. Singkat, tapi bermakna.
Simak saja potongan cerita Baru Rencana yang menceritakan kisah seorang pimpinan yang terkena sindrom orang kaya baru.
Lalu kau rogoh hape-mu
Akh bosan
Model lawas kemampuan terbatas
Kau rasa kau harus menggantinya dengan yang berkelas
Agar dalam perjalanan, kau bisa internetan
Lalu kau perhatikan rumahmu
Akh bosan
Lalu kau tengok mobilmu
Akh bosan
Lalu kau tengok istrimu
..............................................
.............................................
Ah, sungguh banyak masyarakat yang cenderung lupa daratan bila sudah sukses. Diskusi geng book club minggu ini banyak membahas gaya unik Iwan dalam menyampaikan semua ide dalam bahasa singkat. Bisa dibilang, buku ini adalah kumpulan kritik manis lewat baris. Duty Millia Kintamani mengawali diskusi dengan menyatakan sedikit rasa terkejutnya. "Sampulnya seperti buku anak-anak sih. Aku kira isinya lucu, ternyata tidak," papar Kinta, panggilan akrabnya.
Erni Yuli Aryanti lain lagi. Sebagai mahasiswa sastra, dia langsung tertarik dengan judulnya. "Miskin tapi sombong? Setahuku, miskin itu bukan padanan sifat yang match dengan sombong. Makannya aku langsung tertarik. Setelah membaca pengantar dari Jaya Suprana, aku baru ngeh apa maksudnya miskin tapi sombong," terang gadis berperawakan imut ini.
Dia juga merasa sebagian puisi dalam buku ini ditulis cukup bagus. Bahasanya tidak ndakik-ndakik, tapi maknanya tetap dalam. "Biasanya puisi kan identik dengan bahasa yang tinggi. Tapi ini tidak," tambahnya.
Yuyun tidak tahu banyak soal kaidah-kaidah puisi. Baginya, dalam membaca buku, yang paling penting bisa dinikmati atau tidak. pesan yang disampaikan bisa dipahami pembaca atau tidak. lantas, apakah buku ini berhasil menyampaikan pesannya?
"Berhasil banget. Aku jadi merasa lebih beruntung. Di luar sana, banyak jenis kehidupan lain yang benar-benar berat dan tidak pernah aku bayangkan sebelumnya," tutur Yuyun.
Meski demikian, buku ini tidak hadir dengan tujuan menggurui. "Ini hanya berupa pemaparan saja. Apakah itu dinilai baik dan buruk, terserah pembaca," sambung Zulfa Amilia. Misalnya, Zulfa sebenarnya kurang sepakat dengan beberapa kisah sedikit porno yang ada dalam buku ini. "Rasanya kok kurang sreg saja ya?" ujarnya.
Tapi, dia maklum karena kisah-kisah tentang homoseksual atau seks bebas memang sudah menjadi bagian dari masyarakat kita. "Intinya, kita tidak bisa tutup mata dengan fenomena sosial yang ada. Toh pada akhirnya, kita harus akui juga, masyarakat kita tidak hanya melakukan hal baik, tapi juga hal yang kita anggap nggak bener," papar Yuyun menanggapi.
Lalu, apakah kelima gadis ini setuju buku ini adalah ensiklopedi mini kehidupan sosial kita? "Setuju! Baca ini saja kalau mau update info terbaru dengan masyarakat kita," seru Zulfa. (luf)
Rasanya wajar untuk merasa kasihan kepada golongan masyarakat seperti ini. Dinamika masyarakat dan isu sosial berkembang sangat cepat. Bila terlalu sibuk mengurusi pekerjaan, kita bisa ketinggalan berita!
Untungnya, ada cukup banyak penulis yang meluangkan waktu (atau sengaja menyediakan waktu) untuk memahami dan "mencatat" gejala perubahan sosial di masyarakat. Lewat karya mereka, kita yang ketinggalan bisa membaca "resume" perkembangan sosial melalui sebuah buku!
Beberapa buku hadir dengan packaging yang cukup catchy. Sengaja mengangkat isu yang dulunya dianggap tabu dengan cover yang "menantang dan gaya bahasa cenderung vulgar pembaca tentu pernah akrab dengan karya-karya semacam itu.
Tapi, seberapa dalam karya bombastis macam itu bisa menggambarkan keadaan yang sebenarnya ??
Jujurnya, tidak banyak yang bisa disampaikan kecuali celoteh nakal dan cerita yang hanya berpusat pada satu topik. Berangkat dari apatisme semacam itu, buku Miskin Tapi Sombong karya Iwan "Bung Kelinci" Sulistiawan lumayan mengejutkan. Isinya ringan, singkat, namun sarat makna. Yang paling penting, dia tidak terjebak pada vulgarisme dan ide-ide yang stagnan.
Hampir semua masalah sosial dipotretnya. Mulai dari kelakuan para pejabat yang korupsi, rendahnya kepedulian pada anak yatim, sampai budaya gengsi yang makin lama makin terlalu. Semua diceritakan dalam diksi yang sesederhana mungkin. Remeh tapi dalam. Singkat, tapi bermakna.
Simak saja potongan cerita Baru Rencana yang menceritakan kisah seorang pimpinan yang terkena sindrom orang kaya baru.
Lalu kau rogoh hape-mu
Akh bosan
Model lawas kemampuan terbatas
Kau rasa kau harus menggantinya dengan yang berkelas
Agar dalam perjalanan, kau bisa internetan
Lalu kau perhatikan rumahmu
Akh bosan
Lalu kau tengok mobilmu
Akh bosan
Lalu kau tengok istrimu
..............................................
.............................................
Ah, sungguh banyak masyarakat yang cenderung lupa daratan bila sudah sukses. Diskusi geng book club minggu ini banyak membahas gaya unik Iwan dalam menyampaikan semua ide dalam bahasa singkat. Bisa dibilang, buku ini adalah kumpulan kritik manis lewat baris. Duty Millia Kintamani mengawali diskusi dengan menyatakan sedikit rasa terkejutnya. "Sampulnya seperti buku anak-anak sih. Aku kira isinya lucu, ternyata tidak," papar Kinta, panggilan akrabnya.
Erni Yuli Aryanti lain lagi. Sebagai mahasiswa sastra, dia langsung tertarik dengan judulnya. "Miskin tapi sombong? Setahuku, miskin itu bukan padanan sifat yang match dengan sombong. Makannya aku langsung tertarik. Setelah membaca pengantar dari Jaya Suprana, aku baru ngeh apa maksudnya miskin tapi sombong," terang gadis berperawakan imut ini.
Dia juga merasa sebagian puisi dalam buku ini ditulis cukup bagus. Bahasanya tidak ndakik-ndakik, tapi maknanya tetap dalam. "Biasanya puisi kan identik dengan bahasa yang tinggi. Tapi ini tidak," tambahnya.
Yuyun tidak tahu banyak soal kaidah-kaidah puisi. Baginya, dalam membaca buku, yang paling penting bisa dinikmati atau tidak. pesan yang disampaikan bisa dipahami pembaca atau tidak. lantas, apakah buku ini berhasil menyampaikan pesannya?
"Berhasil banget. Aku jadi merasa lebih beruntung. Di luar sana, banyak jenis kehidupan lain yang benar-benar berat dan tidak pernah aku bayangkan sebelumnya," tutur Yuyun.
Meski demikian, buku ini tidak hadir dengan tujuan menggurui. "Ini hanya berupa pemaparan saja. Apakah itu dinilai baik dan buruk, terserah pembaca," sambung Zulfa Amilia. Misalnya, Zulfa sebenarnya kurang sepakat dengan beberapa kisah sedikit porno yang ada dalam buku ini. "Rasanya kok kurang sreg saja ya?" ujarnya.
Tapi, dia maklum karena kisah-kisah tentang homoseksual atau seks bebas memang sudah menjadi bagian dari masyarakat kita. "Intinya, kita tidak bisa tutup mata dengan fenomena sosial yang ada. Toh pada akhirnya, kita harus akui juga, masyarakat kita tidak hanya melakukan hal baik, tapi juga hal yang kita anggap nggak bener," papar Yuyun menanggapi.
Lalu, apakah kelima gadis ini setuju buku ini adalah ensiklopedi mini kehidupan sosial kita? "Setuju! Baca ini saja kalau mau update info terbaru dengan masyarakat kita," seru Zulfa. (luf)
No comments:
Post a Comment