Friday, July 18, 2008



CARA ASIA KUASAI DUNIA


Buku ini harus dibaca semua orang yang menaruh minat dan harapan besar pada pembentukan budaya secara akulturatif. Membaca buku ini membawa kita menyusuri lorong-lorong Asia seraya membayangkan masa depan Asia sebagai "rumah" bagi semua orang(Jeremias Jena, Seputar Indonesia, 13-Juli-2008)


Zaman kegelapan tidak menyelimuti TimurTengah dan Asia. Daerah yang terbentang luas dari Sumatera hingga Arab sampai ke Afrika Utara terus ke Spanyol atau dari Cina sampai ke India justru mengalami kemajuan pesat dalam bidang perdagangan, diplomasi, agama, dan ilmu pengetahuan. Pada akhir 2007,Stewart Gordon, peneliti senior studi-studi Asia di Universitas Alichigan, menefbitkan buku When Asia was the World. Buku ini membuktikan bagaimana Asia menguasai dunia.

Cara Stewar tGordon menulis buku ini sangat unik, Gordon memilih mengangkat tokoh historis tertentu untuk menarasikan keadaan agama, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan politik pada periode waktu tertentu. Demikianlah, Gordon menonjolkan Xuanzang (bab 1), Ibn Faldan (bab 2), Ibn Sina (bab 3), Fa Xian (bab 4), Abraham bin Yiju (bab 5), Ibn Batuta (bab 6), Ma Huan (bab 7), Babur (bab 8), danTome Pires (bab 9). Bab terakhir merupakan refleksi Gordon atas bab-bab sebelumnya.

Bab satu mengisahkan Xuanzang, biarawan Budha dari Cina yang mengadakan perjalanan ke India karena Dinasti Tang tidak melindungi para biarawan Budha. Ini perjalanan yang berat lantaran harus melewati gurun pasir yang luas, musim dingin yang menggigit, dan air yang sukar diperoleh (hhn 13). Namun, Xuanzang menghayatinya sebagai "perjuangan" mengalahkan nafsu dan keinginan, ziarah jiwa sebagai pembebasan menuju nirwana. Perjalanan ini mengungkapkan bahwa Budhisme berkembang luas dan hidup rukun dengan Taoisme, Konfusianisme, Zoroastrianisme dan Brahmanisme. .Gordon menyimpulkan, persaingan antar agama di Asia adalah fenomena yang wajar (hhn 27). Agama-agama berinteraksi dan bersaing tanpa saling melenyapkan.

Melalui perjalanan lbn Fadlan dari Baghdad ke Almis (Rusia), Gordon menunjukkan betapa agama dan kebudayaan Islam berkembang luas hingga ke Rusia.. Islam diterima karena tidak mengenal sistem kasta (hhn 30). Para pedagang Islam menyebarkan agamanya tanpa paksaan dan melalui hubungan kekerabatan lintas suku. Ibn Fadlan menjumpai banyak komunitas Muslim yang heterogen, terdiri atas pedagang Arab dan para mualaf lokal seperti tuan tanah, penjaga toko, pengrajin, dan buruh (hlm37,51-55).

Perjalanan Fa Xian dari Cina ke India (bab 4) menunjukkan adanya penyebaran agama Budha dan inkulturasinya dengan budaya lokal (him 89), persebaran produk-produk Asia (keramik, kain sutra dan barang-barang dari timah), serta ramainya perdagangan internasional di Asia di abad 10-13 M.

Memoar Ma Huan, musafir Muslim dari Cina (bab 7) mengungkapkan adanya komunitas etnis Cina yang sudah lama bermukim di Jawa, bahwa di pelabuhan Majapahit hidup para pedagang Arab, Cina, India, Persia, dan pedagang-pedagang dari AsiaTenggara(hlm 162-163).

Stewart Gordon menggunakan bab delapan dan sembilan untuk menunjukkan karakter bisnis dan kekuasaan yang berbeda dengan kebudayaan Asia. Ekspansi kekuasaan dan kebrutalan Jengis Khan dari Mongol telah merusak kebudayaan Asia yang menjunjung tinggi keanekaragaman agama dan budaya. Babur, putra Jengis Khan, mempraktikkan kekuasaan yang sedikit berbeda dengan ayahnya, karena dia menerapkan prinsip kekuasaan "garam" (melarutkan), dalam menyatukan berbagai suku, . agama, 'dan ras demi kepentingan politik dan bisnisnya (hlm,192-193). Namun, karakter bisnis dan kekuasaannya tetap memegang prinsip"tujuanmenghalalkan cara".

Karakter yang sama tampak pada kisah' Tome Pries (bab 9). Bab ini menunjukkan bahwa orang Eropa menjalankan bisnis dan kekuasaan yang murni kolonialistis. Bisnis orang Asia berdasarkan prinsip saling percaya diganti dengan penguasaan sumber-sumber ekonomi demi kepentingan sendiri yang didukung kekuatan senjata dan pendudukan wilayah. Yang lebih nienyedihkan' arogansi mengubah kebudayaan Asia yang damai, harmonis, dan lieterogen menjadi kebudayaan homogen-Kristen.

Kesimpulan buku ini ada di bab sepuluh. Melalui kisah-kisah tokoh seiarah di bab-bab sebelumnya, Stewart Gordon menunjukkan cara Asia ”menguasai” dunia dengan budaya politik harmoni dan bukan konflik. Demikian pula etika bisnis berdasarkan nilai kejujuran dan saling percaya, dengan .sedikit mungkin campur tangan pemerintah. Agama-agama di Asia (Budha dan Islam) bisa hidup rukun dengan agama-agama Hhidu Brahmana, Zoroastrianisme, anismisme-dinamisme, konfusianisme, taoisme, dan sebagainya. Sementara itu, cara orang Eropa berbisnis dan menegakkan kekuasaan di Asia menegaskan bahwa mereka benar-benar ”orang luar” yang tidak pernah mengerti Asia.

Buku ini harus dibaca semua orang yang menaruh minat dan harapan besar pada pembentukan budaya secara akulturatif. Membaca buku ini membawa kita menyusuri lorong-lorong Asia seraya membayangkan masa depan Asia sebagai "rumah" bagi semua orang. Itulah Asia yang sebenar-benarnya.




No comments:

Twitter Facebook

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes