Monday, April 28, 2008


ANCAMAN MASA DEPAN ASIA

Buku ini tidak untuk menakut-nakuti melainkan untuk mempersiapkan ke arah masa depan Asia yang lebih baik bagi anak cucu kita. Ancaman .tersebut sebagai peringatan dini bagi penyusun strategi, rencana bisnis, dan bahkan pembuat kebijakan dalam membuat perencanaan yang lebih baik di masa depan
(Iskandar Simorangkir, Peneliti Senior BI dab Dosen Pascasarjana UPH-Jakarta, HU Seputar Indonesia, April 2008)



Transformasi yang terjadi di China, India, dan negara-negara di Asia lainnya telah menciptakan negara-negara Asia menjadi pusat pertumbuhan baru perekonomian dunia dalam era modernisasi.

Namun di balik kesuksesan tersebut, tersimpan ancaman kelangsungan masa depan Asia akibat eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam dan keserakahan manusia.

Dalam 10 tahun ke depan, investasi di China akan tumbuh hingga mencapai 1,5 triliun dolar AS, dan Singapura menjadi surga penempatan uang panas menggantikan Swiss. Selain itu, akan terjadi kekurangan tenaga manajemen terampil di China dan India. Rumah sakit di Thailand menjadi pusat jasa kesehatan utama bagi penduduk di Asia, Timur Tengah, dan warga AS yang tidak mempunyai asuransi.

Dalam 20 tahun ke depan, kota-kota besar akan semakin dipadati penduduk urbanisasi dari pedesaan, Malaysia akan kehabisan minyak sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, dan jumlah kelahiran di negara Asia menurun tajam sehingga anggota keluarga semakin kecil. Dalam 30 tahun, populasi Jepang akan menyusut sebesar 20 juta, penduduk pria di China dan India akan lebih banyak 250. juta jiwa dibandingkan penduduk wanita, kekurangan air bersih, dan peningkatan pesat harga pangan akan menghantui negara Asia.

Beberapa kemungkinan peristiwa masa depan Asia tersebut di atas direkam Michael Backman dalam buku yang berjudul Asia Future Shock. Ancaman masa depan Asia tersebut bukan berdasarkan khayalan Backman dalam rangka mencari sensasi, tetapi berdasarkan hasil studi beberapa lembaga dan berita dari berbagai media massa yang diolah dan dianalisis kembali.

Terdapat 25 peristiwa penting masa depan Asia yang disajikan dalam buku ini. Ke-25 peristiwa tersebut memperkenalkan sejumlah risiko dan peluang dalam beberapa dasawarsa mendatang

Urbanisasi, Krisis Energi dan Pangan

Data kependudukan menunjukkan jumlah penduduk dunia semakin meningkat. Beberapa negara mengeluarkan kebijakan untuk membatasi pertambahan penduduk, sementara negara lain acuh karena menganggap anak adalah aset. Beberapa negara yang telah membatasi kelahiran adalah China yang membatasi jumlah anak hanya satu dan Vietnam dengan satu keluarga dua anak. Namun, di negara lain masih menyerahkan jumlah anak pada mekanisme pasar dan bahkan Singapura memberikan insentif kepada keluarga yang mempunyai anak banyak karena merosotnya jumlah kelahiran.

Diperkirakan, secara keseluruhan pada 2027, penduduk kota-kota di Asia akan bertambah sekitar 1,1 juta jiwa dibandingkan posisi pada 2007. Penduduk India diperkirakan akan menyusul penduduk China pada 2030, yaitu pada saat penduduk kedua negara mencapai 1,4 miliar jiwa. Di Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan China, jumlah penduduk tua (aging population) akan meningkat tajam karena rendahnya angka kelahiran.

Peningkatan penduduk di Asia tersebut akan menimbulkan masalah baru dalam perekonomian. Pertama, ledakan penduduk di tengah terbatasnya penyerapan tenaga kerja, hal ini akan mengakibatkan pengangguran meningkat tajam. Pada 2050, diperkirakan setiap 10 orang yang bekerja di China, 7 orang di antaranya menganggur. Kedua, terbatasnya lapangan kerja di pedesaan mengakibatkan terjadinya lonjakan urbanisasi. Kota-kota besar di China, Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand, dan Vietnam akan dua kali lipat besarnya dalam 20 tahun mendatang. Kota-kota tersebut diperkirakan tidak dapat bertahan dari ledakan penduduk sehingga dapat menimbulkan guncangan berupa tindakan kriminalitas tidak terkendali dan kekurangan papan.

Dampak mengerikan lainnya dari ledakan penduduk adalah krisis pangan dan energi. Peningkatan penduduk akan meningkatkan kebutuhan pangan, lahan, dan energi. Berkurangnya luas lahan pertanian untuk kepentingan pemukiman mengakibatkan berkurangnya produksi pangan. Ditambah lagi dengan adanya pengalihan energi ke biofuel, maka akan mengurangi ketersediaan bahan pangan. Karena itu, pada masa yang akan datang diperkirakan akan terjadi krisis pangan hebat.

Bahkan untuk saat ini, krisis pangan telah terjadi karena beberapa negara menolak untuk mengekspor beras dan gandum dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga harga bahan pangan melonjak lebih dari dua kali lipat di pasaran internasional

Kebutuhan energi juga meningkat seiring dengan peningkatan populasi. Meningkatnya kebutuhan di tengah terbatasnya sumber energi mengakibatkan tingginya harga energi, seperti harga minyak meningkat pesat dan bahkan minggu lalu hampir mendekati angka USD120 perbarel. Peningkatan harga minyak tersebut diperkirakan akan berlanjut jika tidak ditemukan sumber-sumber baru. Penulis bahkan memperkirakan minyak di Malaysia akan habis pada 2025 dan menjadi net importir pada 2010. Indonesia juga diperkirakan mengalami nasib yang sama dan bahkan oleh penulis dianggap tidak layak lagi sebagai anggota negara OPEC karena telah beralih menj adi net importir minyak.

Kebangkitan Vietnam dan Internet

Vietnam diperkirakan akan menj adi China berikutnya. Reformasi dan deregulasi ekonomi yang dilakukan Pemerintah Vietnam telah menghasilkan buah baik. Vietnam telah berpindah dari model pembangunan ekonomi yang kejam menjadi mengayomi, mirip dengan Singapura. Vietnam yang masih salah satu negara termiskin di Asia pada 1990, kini telah menyalip perekonomian Indonesia. Vietnam telah menjelma menj adi salah satu perekonomian terbuka di Asia, dengan nisbah perdagangan terhadap PDB yang jauh lebih tinggi dari China dan India. Dengan dorongan investasi dan semangat kerja keras, tidak tertutup kemungkinan perekonomian Vietnam dapat menyamai China pada masa mendatang

Backman juga menyoroti meluasnya penggunaan internet di Asia dapat menjadi ancaman, dan peluang. Meluasnya penggunaan internet di negara Asia merupakan peluang untuk mendapatkan informasi dan pemasaran barang-barang bagi dunia usaha. Namun, internet dapat juga menjadi mudarat bagi penggunanya, karena dapat dijadikan mata-mata oleh pemerintah atas lawan-lawan politik dan mengekang kebebasan masyarakat khususnya pada pemerintahan terpimpin atau pun otoriter, seperti China dan Vietnam. Penggunaan internet sebagai mata-mata tersebut dapat saja meluas ke negara-negara yang tidak otoriter, seperti untuk mempertahankan kekuasaan atau dalam rangka penyadapan untuk tindak pidana korupsi, yang akhir-akhir ini banyak diperdebatkan.

Buku ini tidak untuk menakut-nakuti melainkan untuk mempersiapkan ke arah masa depan Asia yang lebih baik bagi anak cucu kita. Ancaman tersebut sebagai peringatan dini bagi penyusun strategi, rencana bisnis, dan bahkan pembuat kebijakan dalam membuat perencanaan yang lebih baik di masa depan. Tindakan nyata guna peningkatan kesejahteraan kini merupakan barang langka di Indonesia dan masih sebatas janji manis dalam kampanye.(*)

*) IskandarSimorangkir, peneliti madya senior dipusat pendidikan dan studi kebanksentralan, Bank Indonesia dan Dosen Pascasarjana UPH

1 comment:

Bams said...

Bagi saya Ketakutan itu juga beralasan karena ke skeptis-an kita untuk memandang sesuatu, namun analisis yang di ajukan dalam buku ini pada tahun 2050, yang diramalkna banyak penggangguran, bukan karena ledakan penduduk, namun menurut saya, karena tergantikannya tenaga manusia dengan tenaga mesin. tapi tidak ada salahnya kita baca buku ini sebagai rujukan analisis kita sendiri.

Twitter Facebook

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes