MEMBACA NOVEL DI LAPTOP
Dunia sungguh tak adil," Begitulah yang ada di pikiran Arifin. Lelaki yang tinggal di balik Bukit Parung Kuda, Sukabumi, itu begitu menginginkan buku-buku bermutu, seperti Barack Obama, Laskar Pelangi, atau Jeff Bezos, pendiri Amazon.com. Tapi apa daya, kota itu terlalu kecil untuk disinggahi toko buku yang memajang buku-buku baik.
"Susah cari buku di sini," kara Arifin mengeluh.
Untunglah, keluhannya itu kini terjawab. Bukan lantaran di kota itu kini telah hadir toko buku bermutu, melainkan karena ia kini bisa membeli buku elektronik (e-book) secara online untuk dihaca di komputer.
Buku-buku elektronik itu bisa diakses lewat situs http://www.digibookgallery.com. Banyak penerbit yang sudah bekerja sama membuat buku elektronik, di antaranya Grup Mizan, Ufuk Press, babkan pcnerbit cerita silat Wastu Laras Grafika juga ikut
Mizan Grup adalah salah satu contoh penerbit yang bersemangat menggarapnya. Perusahaan. dengan sederet penerbit di bawah payungnya itu telah menyiapkan sekitar 80 buku elektronik.. Maret nanti, kata Putut Widjanarko, Vice President Operations Mizan Publika—divisi Mizan yang menangani segmen new media, scperti e-book, novel di telepon seluler, dan talking book—koleksi buku elektronik Mizan akan mencapai 100 buku. Buku Grup Mizan yang sudah disulap menjadi buku elektronik di antaranya Laskar Pelangi, Agar Anak Anda Tertular Virus Membaca, Barack Hussein Ohama, dan Hermawan Kartajaya on Brand. The Road to CEO.
"Jadi buku Mizan bisa dibaca dan mana saja," kata Putut
.
Upaya Mizan menerbitkan e-book ini sebenarnya telah dirintis sejak 2001. Saat itu mereka merilis buku elektronik yang gratis diunduh di situs Ekuator.com. Ternyata penggemar buku elektronik cukup banyak. "Server kami sampai down"
Kesuksesan ini yang kini mengilhami Mizan menggandeng Digibook. Buku-buku elektronik itu bisa diunduh lewat situs http://www.digibookgalerry.com. Buku elektronik ini menggunakan format kbusus, bukan format PDF ala Acrobat Reader, sehingga sulit dibajak. Software pembaca bukunya disediakan gratis.
Harganya? "Dijamin iebih hemat," kata Putut. Rata-rata harganya separuh dari buku versi cetak. Novel Laskar Pelangi, misalnya, versi digitalnya dijual seharga Rp 28.800. Bandingkan dengan edisi cetaknya, yang mencapai Rp 48 ribu
.
Buku yang sudah dibeli, kata Putut, hanya bisa dipasang di satu komputer, Lalu bagaimana kalau komputer crash ? "Ya, hilang. Anggap saja seperti beli buku biasa, lalu jatuh ke got," ujar Putut.
Bagi penulis buku elektronik, ini juga sebuah tantangan baru. Mizan, misalnya, menurut Putut, berani menawarkan royalti yang bisa berbeda dengan edisi cetak. "Wah, ini benar-benar tawaran mcnarik," kata Onno W. Purbo, pakar Internet yang telah menulis 10 buku.
Bakal berhasilkah langkah digibookgalerry.com ini? Putut tak bisa memberi gambaran. Namun, kata dia, era konvergensi media kini telah tiba. Layar monitor atau LCD kini telah berkembang luar biasa hebatnya. Sampai-sampai ada peranti pembaca buku elektronik, seperti Kindle keluaran Amazon.com, yang bisa dibaca di bawab sinar matahari terik.
"Saat peluncuran Kindle, hanya dalam waktu lima setengah jam laku terjual," kata Putut. la buru-buru menambahkan, penjualan buku elektronlk di Indonesia mungkin belum sedahsyat itu, tapi demam seperti itu bakal segera tiba. • burhan
"Susah cari buku di sini," kara Arifin mengeluh.
Untunglah, keluhannya itu kini terjawab. Bukan lantaran di kota itu kini telah hadir toko buku bermutu, melainkan karena ia kini bisa membeli buku elektronik (e-book) secara online untuk dihaca di komputer.
Buku-buku elektronik itu bisa diakses lewat situs http://www.digibookgallery.com. Banyak penerbit yang sudah bekerja sama membuat buku elektronik, di antaranya Grup Mizan, Ufuk Press, babkan pcnerbit cerita silat Wastu Laras Grafika juga ikut
Mizan Grup adalah salah satu contoh penerbit yang bersemangat menggarapnya. Perusahaan. dengan sederet penerbit di bawah payungnya itu telah menyiapkan sekitar 80 buku elektronik.. Maret nanti, kata Putut Widjanarko, Vice President Operations Mizan Publika—divisi Mizan yang menangani segmen new media, scperti e-book, novel di telepon seluler, dan talking book—koleksi buku elektronik Mizan akan mencapai 100 buku. Buku Grup Mizan yang sudah disulap menjadi buku elektronik di antaranya Laskar Pelangi, Agar Anak Anda Tertular Virus Membaca, Barack Hussein Ohama, dan Hermawan Kartajaya on Brand. The Road to CEO.
"Jadi buku Mizan bisa dibaca dan mana saja," kata Putut
.
Upaya Mizan menerbitkan e-book ini sebenarnya telah dirintis sejak 2001. Saat itu mereka merilis buku elektronik yang gratis diunduh di situs Ekuator.com. Ternyata penggemar buku elektronik cukup banyak. "Server kami sampai down"
Kesuksesan ini yang kini mengilhami Mizan menggandeng Digibook. Buku-buku elektronik itu bisa diunduh lewat situs http://www.digibookgalerry.com. Buku elektronik ini menggunakan format kbusus, bukan format PDF ala Acrobat Reader, sehingga sulit dibajak. Software pembaca bukunya disediakan gratis.
Harganya? "Dijamin iebih hemat," kata Putut. Rata-rata harganya separuh dari buku versi cetak. Novel Laskar Pelangi, misalnya, versi digitalnya dijual seharga Rp 28.800. Bandingkan dengan edisi cetaknya, yang mencapai Rp 48 ribu
.
Buku yang sudah dibeli, kata Putut, hanya bisa dipasang di satu komputer, Lalu bagaimana kalau komputer crash ? "Ya, hilang. Anggap saja seperti beli buku biasa, lalu jatuh ke got," ujar Putut.
Bagi penulis buku elektronik, ini juga sebuah tantangan baru. Mizan, misalnya, menurut Putut, berani menawarkan royalti yang bisa berbeda dengan edisi cetak. "Wah, ini benar-benar tawaran mcnarik," kata Onno W. Purbo, pakar Internet yang telah menulis 10 buku.
Bakal berhasilkah langkah digibookgalerry.com ini? Putut tak bisa memberi gambaran. Namun, kata dia, era konvergensi media kini telah tiba. Layar monitor atau LCD kini telah berkembang luar biasa hebatnya. Sampai-sampai ada peranti pembaca buku elektronik, seperti Kindle keluaran Amazon.com, yang bisa dibaca di bawab sinar matahari terik.
"Saat peluncuran Kindle, hanya dalam waktu lima setengah jam laku terjual," kata Putut. la buru-buru menambahkan, penjualan buku elektronlk di Indonesia mungkin belum sedahsyat itu, tapi demam seperti itu bakal segera tiba. • burhan
2 comments:
Langkah yg tpt yg diambil para penerbit, ditengah mahalnya hrga2 buku di tanah air, sayang masih hrs membeli juga walaupun hrganya relatif murah. Ke depan kalo mungkin gratis agar bsa mengobati dhaga org yg haus baca tpi budgetnya pas2 an
kalau perbandingan harganya tidak jau - spt Laskar Pelangi tsb misalnya - lebih baik beli buku cetaknya.
Post a Comment