Saturday, December 29, 2007



RESENSI BUKU


Judul : My Faith : Kesaksian Iman Seorang Kristen Liberal
Penulis : Anne Lamott
Penerbit : Ramala Books
Halaman : 272

Kunci kesuksesan sang pcnulis adalah keahliannya untuk mengedepankan pengalaman sehari-hari dan pemaknaan religius yang disertai canda menghina diri. Andai dicarikan padanannya di negeri ini, Lamott se-perti perpaduan Tukul Arwana dan Aa Gym (Majalah Adil, edisi 28. Desember 2007)

Buku yang sempat tcrgolong laris di papan tangga versi New York Times ini aslinya berjudul Plan B: Further Thoughts on Faith. "Pikiran lanjut" bukan berarti pemikiran abstrak nan rumit, melainkan merujuk pada kesinambungan buku ini dengan karya Anne Lamott sebelumnya, Travelling Mercies (Kasih Berkelana).

Lamott memulai pemaknaan hidupnya dengan memutuskan untuk tidak bunuh diri di suatu pagi. Ia ingin mati di hari ulang tahunnya karena "hidup adalah hari-hari pembuangan". Apalagi waktu tak pula bersahabat dengannya. "Lebih baik mati di tanganmu sendiri daripada menghadapi kematian perlahan di tangan pemerintahan Bush"(h.i3). Namun justru karena Bush jualah ia memu¬tuskan untuk terus hidup guna memprotes sang presiden dan Gedung Putih, di samping karena Lamott "tak ingin mati sebagai seorang wanita tua bungkuk jelek".

Kisah lalu berlanjut melalui suara seorang ibu tunggal yang bergelut dengan keseharian dengan sentuhan pemikiran agama. Misalnya cerita Lamott menghadapi anaknya yang sudah remaja, Sam. Lamott pernah suatu saat berpikir untuk niendorong Sam jatuh dari tangga karena kenakalannya. Kemudian dengan sedikit meminjam hukum Alkitab, Lamott sempat berpikir untuk merajam si anak bandel. Tentu tindakan itu tak ada. Yang ada malah kiat sang ibu mengikat erat tali kasih yang hampir lepas.

Kunci kesuksesan sang pcnulis adalah keahliannya untuk mengedepankan pengalaman sehari-hari dan pemaknaan religius yang disertai canda menghina diri. Andai dicarikan padanannya di negeri ini, Lamott se-perti perpaduan Tukul Arwana dan Aa Gym.

Ketcrikatan erat ini kerap menimbulkan pernyataan atau sontakan pemikiran yang tak umum. Keimanan, bagi Lamott misalnya, bermakna "memerhatikan kekacauan, kekosongan, ketidaknyamanan, dan merela-kannya hingga sebersit cahaya bersinar kembali" (h.2i4). Tuhan di matanya begitu personal sehingga "aku mulai meyakini bahwaTuhan juga ada dikamar mandi"(h.43).

Pendapatnya kerap bersingungan de¬ngan ortodoksi agama namun juga tak terlalu bebas untuk menjadikannya liberal. Dan memang My Faith tak mcsti harus dihadapi dengan keseriusan dan kcrut alis karena "bersantai dan tertawa adalah tindakan yang paling spiritual dan subversif' (h.26o).

Esai-esai berisi pengalaman hidup dalam buku ini mcnjadi menarik karena menyuarakan satu bcnang mcrah optimisme: "harapan bukan berarti membuktikan sesuatu, melainkan memilih untuk meyakini sesuatu: bahwa cinta lebih bcsar dari semua kesulitan yang kita alami"(h..231).hd

No comments:

Twitter Facebook

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes